Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sekejap Mata

19 Februari 2019   14:17 Diperbarui: 19 Februari 2019   14:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Karya Abigail Turtov

Membaringkan pikiran ringkas
di atas ranjang kembali
sambil membayangkan wajah ibu dan ayah yang ada di dalam bumi.

Tahun kesekian
adakah mantra sakti dari peninggalan leluhur
untuk sebuah masa
di mana eloknya pertukaran bahasa
membuat hidup begitu riuh
dan lebih menciptakan warna dari sebuah alat teknologi.

Entahlah! Entah
zaman sudah berubah
fatamorgana lebih menggiurkan
ketimbang sebuah nyata.

Ah keteledoran.

Waktu menyeret kepada perubahan
di mana suara ponsel
lebih menarik dari lantunan zikir
dan azanazan yang berkumandang
tak bisa terhindari
hingga ke sudut desa
bahkan mengapungkan nasibnya di antara suara-suara kenikmatan perandaian.

Ini memilukan bukan?

Ya inilah zaman! Dan aku salah satu pelaku utamanya.

Duh Gusti
ampunilah! Ampun
aku mendesah panjang
sekejap saja hilang sebuah keteduhan jiwa.

Kembali sujud tafakur. Memaksimalkan fungsi ketepatan.

Depok 2 dalam, 19 Februari 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun