Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Partitur Gitar Semusim

2 Januari 2019   11:26 Diperbarui: 2 Januari 2019   11:35 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tema : ANTARA CINTA MUSIK DAN HAYALAN

By Succubus Delia

Adalah kita stimulasi unik yang lahir kebumi maya. Menciptakan gerak samar pencarian arah cinta melalui simponi dasar, sebuah awalan lepas dimana kalimatnya lupa suara pranada yang  pantulannya lahir dengan begitu manis.

Serupa secangkir kopi. Tak pernah puas menikmati rasanya, walau sering menyentuh ujung bibir. Sehari saja tidak merasakan maka rindunya membuat hasrat menyatakan keinginannya untuk lagi dan lagi menyeruputnya. Padahal kopi tak lebih baik dari sebuah air putih dalam sebuah kata kesehatan di dalam kehidupan.

Dan kita masih saja serupa nada lagu, mencari bait kesinambungan untuk memutar kembali waktu, menyanyikan irama bahagia. Di mana rasa itu adalah perjalanan tanpa tujuan. Melambai-lambai mengikuti arah angin dan terus saja menari hingga semakin gaduh, menyajikan angket seriosa dalam mimbar sebuah panggung.

Semusim dingin ini adalah kita bersama alunan gitar Spanyol peninggalan ayah. Kuingat betul, spekulasi dasar itu samar-samar. Jauh dari keterbatasan netra menyambut alibi dasar. Not-not kembali mengudara. Menjamah nadi kita. Begitu harmonis. Menyembunyikan lembab dari keadaan dunia pasar yang mulai kehilangan jati diri. Semoga kesepakatan kita adalah penciptaan sajak yang begitu manis bermain di antara fatamorgana dunia yang hanya memasang pion keonaran cinta tak beralaskan kepercayaan. Sebab jatuhnya adalah kumpulan benih-benih sakit.

Ah rasa, jatuhnya lebih dari sebuah benda Kramat yang bernilai jutaan. Ah tidak! Kau lebih unggul dari keunikan arus zaman. Di mana misteri terbesarnya sulit ditemukan dari satu bait musik saja, hingga kini tak pernah selesai untuk menjadi sebuah keutuhan dasar. Entahlah! Menjalani nikmatnya adalah wujud keinginan yang lain dari ciptaan sajak sajak beku.

Pop berdendang dan tanganku membentuk sebuah hayal tentangmu dari balik ponsel untuk mengusir sepi yang begitu abadi berkolaborasi dengan jenuhnya memerangi dunia  pasar dan pada akhirnya angan menguasai akal. Menjebak dan memutar-mutar koloni dasar membentuk nada paling serakah.

Duhai kau yang tiba-tiba memunculkan banyak pertanyaan dalam otakku yang sedang berpiknik. Berikan satu saja sebuah nada. Agar perjumpaan kita bukan sebuah akhir dari petualangan sia-sia dan paling basi. Suarakanlah! Agar melodi tak menyimpang dari sebuah pemahaman.

*****"*"

Siapa kau? Tak kutemukan nada
Di balik dinding paling amuk
Mencari jati diri
Lagu bermain
Putika membilang jasa
Bising
Serupa riunya yang terlampau getar
Tetapi tetap tak memiliki jawaban
Entah, ada apa dengan kita? Aku lelah bertanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun