Mohon tunggu...
Adelia Novia Fitra
Adelia Novia Fitra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta.

Mempunyai kekhawatiran terhadap banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiongkok Sebagai Kekuatan Global Baru

5 Juni 2023   11:45 Diperbarui: 11 Januari 2024   08:27 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh : askara.co

Terdapat beberapa Strategi Tiongkok untuk menjadi sebuah negara yang memiliki kekuatan global baru dan memiliki pengaruh yang besar dalam mata dunia. Salah satu diantaranya yaitu dalam bidang ekonomi, Tiongkok melancarkan sebuah proyek yang bernama OBOR atau One Belt One Road. OBOR adalah sebuah inisiatif pembangunan infrastruktur yang diluncurkan oleh pemerintah Tiongkok dibawah kepresidenan Xi Jinping pada tahun 2013, dengan tujuan untuk memperkuat hubungan ekonomi antara Tiongkok dan negara-negara lain di Asia, Eropa, Afrika. Inisiatif Jalur Sutra ke-21 ( 21st Century Maritime Silk Road) terdiri dari dua komponen : "Sabuk Ekonomi Jalur Sutra" yang terdiri dari serangkaian proyek pembangunan infrastruktur yang akan menghubungkan Tiongkok dengan Asia Tengah, Rusia, dan Eropa, dan "Jalur Sutra Maritim" yang terdiri dari serangkaian proyek pembangunan pelabuhan dan fasilitas maritim yang akan menghubungkan Tiongkok dengan Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa. Sejak diresmikan pada 2013, OBOR menjadi strategi nasional Tiongkok. Masa awal peluncuran OBOR oleh Kementerian Perdagangan Tiongkok menganggap bahwa ini sebagai solusi ekspor Industri baja untuk wilayah barat di Tiongkok, namun kemudian berhasil berkembang menjadi kebijakan luar negeri Tiongkok. OBOR sendiri telah menjadi alat Diplomasi Tiongkok .

OBOR terdiri atas dua jalur perdagangan yaitu jalur perdagangan darat yang disebut New Silk Road Economic Belt dan jalur perdagangan laut yang disebut 21st Century Maritime Silk Road. Jalur perdagangan darat dan jalur perdagangan laut adalah dua komponen utama dari inisiatif One Belt One Road (OBOR), yang juga dikenal sebagai Inisiatif Sabuk dan Jalan atau Belt Road Initiative (BRI), yang diluncurkan oleh pemerintah Tiongkok pada tahun 2013. Rute Perdagangan Darat, Sabuk Ekonomi Jalur Sutra adalah serangkaian proyek pembangunan infrastruktur yang akan menghubungkan Tiongkok dengan Asia Tengah, Eropa Timur, Rusia, dan Eropa Barat melalui jalur darat. Proyek ini mencakup pembangunan jalan raya, jalur kereta api, jaringan pipa gas dan minyak, serta fasilitas komunikasi dan energi yang bertujuan untuk memperkuat konektivitas antar negara di wilayah tersebut. Rute Perdagangan Darat juga mencakup proyek-proyek untuk membangun kota dan zona ekonomi khusus di sepanjang rute tersebut.

Rute Perdagangan Laut, Jalur Sutra Maritim adalah serangkaian proyek pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk memperkuat konektivitas maritim antara Tiongkok dan Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Timur, dan Eropa melalui jalur laut. Proyek ini mencakup pembangunan pelabuhan, kapal, jalur pelayaran, serta fasilitas pendukung lainnya seperti fasilitas penanganan kargo, jalan tol, dan bandara laut yang bertujuan untuk meningkatkan arus perdagangan dan pariwisata antar negara di kawasan tersebut. Kedua jalur ini menjadi fokus utama dari inisiatif OBOR karena akan membuka akses perdagangan dan investasi yang baru, lebih efisien dan terintegrasi antara Tiongkok dan negara-negara di kawasan. Inisiatif ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menguntungkan semua negara yang terlibat terutama untuk Tiongkok sendiri dan misinya untuk menjadi kekuatan global baru.

Trade war atau perang dagang yang Tiongkok hadapi dengan Amerika Serikat membuktikan bahwa Tiongkok mampu bersaing dengan negara superpower dan hal ini menunjukkan kualifikasi Tiongkok menjadi kekuatan global baru. Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang dimulai setelah Trump menyatakan pada masa kampanye pemilu bahwa ia sedang menjalankan kebijakan proteksionisme untuk ekonomi Amerika, berdasarkan pengenaan tarif atas barang yang masuk dan keluar. Selain itu, kebijakan perdagangan internasional dapat berupa kebijakan ekspor-impor, dimana pemerintahan Trump memberlakukan kebijakan tarif terhadap Tiongkok untuk mencegah menjamurnya produk Tiongkok di Amerika Serikat dan mengurangi defisit perdagangan negara tersebut. 

Kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi global karena kekuatan ekonomi Tiongkok terlihat pulih dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat di tengah merebaknya kasus covid-19 di Negara tersebut. Hal ini dibuktikan dengan laju pertumbuhan ekonomi  Tiongkok tercepat sebesar 4,5% pada kuartal pertama tahun 2023. Kebangkitan Tiongkok menjadi salah satu kekuatan ekonomi di dunia. Maka jelaslah bahwa Tiongkok memiliki kemampuan untuk mengubah sistem ekonominya dan mulai membuka diri terhadap ekonomi global. Pada tahun 1970, ekonomi Tiongkok  tumbuh sebesar 10% dalam 30 tahun pembangunan. Pada tahun 2007, Tiongkok mengambil alih posisi Jerman menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia dan Negara perdagangan terbesar kedua di dunia. Pada tahun 2008, GDP Tiongkok mencapai 4,5-6 triliun dolar AS, mendekati ekonomi terbesar kedua dunia yang saat ini ditempati oleh Jepang. Dan  Bergabung dengan World Trade Organization (WTO)  merupakan salah satu upaya Tiongkok untuk mengembangkan perekonomiannya. Tiongkok awalnya ingin bergabung dengan WTO  pada 1986, saat masih dikenal dengan General Agreement on Tariffs and Trade. Tetapi Tiongkok baru bergabung dengan WTO pada 11 desember 2001, dan menjadi anggota ke-143. Menurut statistik, jumlah penduduk miskin yang ada di Tiongkok adalah 125 juta pada tahun 1986, dan pada tahun 1996 menurun menjadi 70 juta. Dan dengan itu Tiongkok bertujuan untuk mengangkat 12 juta orang keluar dari kemiskinan setiap tahun. Tujuan ini akan tercapai jika Tiongkok dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menekan inflasi. Namun, setelah aksesi Tiongkok ke WTO, semuanya tidak berjalan dengan baik. Perekonomian china menghadapi tekanan eksternal pada tahun 2005, luas lahan pertanian menurun sebesar 18,38% , dan pendapatan petani menurun sebesar 2,05% pada tahun 2005. Kerusuhan pedesaan dan kemiskinan tidak dapat dihindari, dan kesenjangan antara kaya dan miskin telah terjadi. Oleh sebab itu, pemberantasan korupsi, penegakan hukum, dan peningkatan standar moral dan etika masyarakat menjadi pilihan yang tak terelakkan setelah masuknya Tiongkok ke dalam WTO. Selama dekade terakhir, volume perdagangan internasional Tiongkok telah mencapai US$30 triliun. Angka ini meningkat 140% dari tahun 2001. Dan juga Dirjen WTO, Pascal Lamy, mengatakan masuknya Tiongkok ke dalam WTO bukan hanya perubahan besar bagi Tiongkok, tetapi juga menguntungkan seluruh anggota WTO.

Dan juga Dunia dan Tiongkok itu saling membutuhkan. Disisi lain, Tiongkok berharap dapat memodernisasi negaranya dengan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan bergabung dengan WTO. Di sisi lain, dunia juga membutuhkan pasar dan peradaban Tiongkok lebih dari 5.000 tahun yang lalu untuk mengimbangi peradaban barat yang saat ini mendominasi dunia. Dalam konteks ini, permintaan Tiongkok akan pakar dan ahli asing menjadi tak terelakkan. Munculnya emerging power, termasuk Tiongkok, berpotensi mengubah stabilitas ekonomi Amerika serikat di abad 21. Pasca pemerintahan Mao Zedong, pemulihan ekonomi Tiongkok ditandai dengan terbukanya kekuatan ekonomi untuk kerja sama internasional. Perjuangan untuk membuka ekonomi dan politik Tiongkok di bawah pemerintahan deng Xiaoping yang lebih santai  mengakibatkan eksperimen ekonomi, politik, sosial dan budaya yang paling berbahaya di dunia. Kehadiran  Tiongkok dengan kekuatan ekonominya membuat efek ekonominya terasa di seluruh dunia dan membawa tatanan dunia ke dalam hubungan ketergantungan yang erat antara Tiongkok dengan perekonomian dunia lainnya. Implikasi global dari  pemulihan ekonomi Tiongkok akan membentuk kinerja indikator ekonomi dan pasar Tiongkok di pasar keuangan komoditas global. Komoditas global yang saling terikat erat menunjukkan bahwa permintaan energi  tumbuh secara eksponensial, membuat pertumbuhan ekonomi banyak Negara dan kawasan lain lebih bergantung pada perdagangan antara Tiongkok dengan Negara lain menyebabkan mata uang Tiongkok, Yuan, semakin meningkat perannya secara regional dan global. Oleh karena itu, menjadi fokus perdebatan tentang tata kelola global dan reformasi kelembagaan sistem moneter internasional dan perimbangan kekuatan antara mata uang utama dunia, Karena Yuan Tiongkok, yang baru-baru ini diterima oleh dana moneter internasional, telah menjadi salah satu khusus yang paling penting di dunia hak desai. Dalam mata uang pada 1 oktober 2016 (dana moneter internasional 2016). Kebijakan terhadap keuangan, mata uang, perniagaan, keamanan, lingkungan, manajemen sumber daya, keamanan pangan, bahan baku, dan harga jual produk , Tiongkok semakin dipandang mampu mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi global. Bergabung dengan organisasi dan institusi internasional untuk menciptakan kerja sama dan mengubah kondisi pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Jadi memang, Tiongkok telah menjadi pemain besar di bidang ekonomi dengan meminimalkan biaya produksi dan efisiensi terkait. Sejak tahun 1978, pada masa pemerintahan Deng Xiaoping, Tiongkok mulai membuka perdagangan luar negeri non-eksklusif , meskipun hanya sesekali. Ini diikuti oleh doktrin kebijakan luar negeri tentang kebangkitan damai Tiongkok, yang diproklamirkan pada abad ke-21 untuk memberi kesan kepada dunia bahwa Tiongkok bukanlah ancaman, melainkan mitra bangsa-bangsa dunia. Dengan mempromosikan soft power, Tiongkok membentuk citra Negara sahabat yang juga bertanggung jawab atas perdamaian dunia. Dapat disimpulkan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat memperkuat posisi Tiongkok dalam tatanan global baru terutama sebagai kekuatan global baru. Faktor utama yaitu kebijakan ekonomi luar negeri Tiongkok, Tiongkok melancarkan sebuah proyek kebijakan ekonomi yang bernama OBOR yang bertujuan untuk memajukan dan membawa pengaruh yang besar terhadap perekonomian Tiongkok secara global dan merupakan salah satu cara Tiongkok dalam menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat. Menggunakan soft power, doktrin bahwa Tiongkok merupakan negara sahabat yang bukanlah ancaman dan juga bertanggung jawab atas perdamaian dunia juga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun