Mohon tunggu...
adelia MeirlanAzhura
adelia MeirlanAzhura Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya suka timnas Indonesia dan saya juga menyukai cerita cerita novel

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pro Dan Kontra Program: Pengiriman Siswa Nakal Ke Barak Militer

11 Juni 2025   13:05 Diperbarui: 11 Juni 2025   15:49 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pelatihan yang diperoleh di dunia militer, khususnya sesuai bidang dan keahlian yang dipilih, terbukti membekali seseorang dengan keterampilan aplikatif yang sangat dicari di dunia kerja. Misalnya, mekanik, bidang teknik, komunikasi, serta pertolongan pertama pada medis.

Penggunaan barak militer untuk membina remaja yang bermasalah bisa jadi punya efek samping yang lumayan serius , khususnya kalau caranya terlalu kaku dan kurang peduli sama kondisi mental si anak. Berikut beberapa efek negatifnya:

Cara mendidik anak remaja yang terlalu keras, misalnya dengan memberikan tekanan pada badan atau makian yang kelewatan , bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental mereka dalam jangka panjang. Hal ini bisa menyebabkan gangguan kejiwaan seperti depresi, rasa cemas berlebihan , serta PTSD (Post- Traumatic Stress Disorder).

Anak muda mungkin saja mematuhinya hanya karena gentar akan sanksi , bukan karena mereka sungguh- sungguh memahami nilai luhur serta tindakan terpuji . Kepatuhan yang tumbuh dari rasa takut tidak akan abadi dan tidak akan membangun akhlak yang mulia.

Didikan ala militer yang fokus pada disiplin ketat dan kurang menghargai kebebasan berekspresi bisa jadi batu sandungan bagi remaja dalam menemukan identitasmereka.Akibatnya,merekabisa merasa bingungdalammenentukansiapa diri mereka dan apa yang ingin mereka capai dalam hidup .

Berikut adalah beberapa saran yang perlu diperhatikan saat memberikan masukan pada programini,termasuksisibaikdanburuknya,demimenjaminkeberhasilandanmencegah terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.

Program ini harus didasarkan pada landasan hukum yang kuat dan aturan yang mudah dipahami. Tujuannya adalah melindungi hak -hak anak dan memastikan keselarasandenganstandaretikasertahukuminternasional.Prosesyangtransparan dan akuntabel wajib diterapkan.

Program pelatihan sebaiknya dirancang secara cermat oleh ahli pendidikan dan psikologi anak, bukan sekadar pelatihan ala militer. Kurikulum hendaknya menekankan pada pembentukan kepribadian , kemampuan sosial dan emosional, serta penyelesaian masalah , bukan hanya kedisiplinan . Evaluasi yang komprehensifdanterukurperludilakukanuntukmenilaikeberhasilanprogramini.

Pengawasanyangketatdanpenilaianyangtidakmemihaksangatdiperlukanuntuk menjamin bahwa pelatihan dilaksanakan secara etis dan menghormati hak asasi manusia. Keterlibatan lembaga independen dalam pengawasan dan evaluasi penting untuk menjaga objektivitas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun