Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Keseruan Keluarga Petualang

19 September 2022   20:58 Diperbarui: 19 September 2022   21:18 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, diary. Hari ini sedang masanya mengenang masa kecil, di bulan September Ceria. Seperti sebuah keluarga yang saya temui dalam kendaraan di hadapan. Saya terkesima menikmati keseruan mereka. Padahal mereka hanya duduk bergerombol di mobil bak terbuka. Sudah bisa ditebak mereka akan bersenang-senang menuju perkampungan. Memang seperti itu kondisi geografis di kampung. Jalan yang berkelok, dihiasi pepohonan yang berjejer menjadikan sekeliling jalan rimbun tertutup ranting pohon yang saling beradu. Walaupun pakai kendaraan ala kadarnya dinikmati dengan bahagia.

Jangan heran tatkala sepi, sepanjang perjalanan terdengar gemericik seperti ada beberapa orang yang sedang berbisik bersenandung merdu berirama lirih. Itulah suara daun bambu yang bergesekan menimbulkan alunan meliuk. Terkadang batangnya yang bersentuhan memunculkan suara kretek-kretek bersahutan antara nada pilu dan bergejolak.

Saya tak lepas memandang sesosok anak laki-laki belum genap dua tahun. Dia masih polos dipangkuan wanita paruh baya. Apakah dia ibunya? Saya rasa bukan. Menoleh ke arah saya yang sedang memandang tajam, dari sudut mata saya menangkap sebuah pesan yang menyiratkan bahwa dia harus ceria dan bahagia.

Hmm, apakah kisah manusia selalu terulang? Hanya yang berbeda pelaku utamanya. Terbayang  awal kisah saya dipenuhi dengan perjuangan untuk tetap bisa menikmati kehidupan. Ketika saya berusaha larut untuk merasakan sebuah keseruan yang terlihat dari sebuah foto. Foto tersebut berhasil menyalurkan energi untuk mengenang dirimu lebih lama. 

Menelisik setiap lembaran masa lalu tatkala saya berjuang menemukan jati diri dan memposisikan untuk selalu semangat menjalani kisah yang sudah ditakdirkan.

Diary, dengan terlahir menjadi seorang piatu tak lama setelah ibuku melahirkan ku, memantik untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari nenek. Padahal pada saat yang belum genap 36 purnama nenek pun kehilangan tulang punggung kebanggaan. 

Diary, saya benar-benar dalam posisi hampa. Bagaikan dua tangan yang tidak bisa menggenggam erat dan sayap yang ada di badan saya pun belum sanggup dikepakkan. Saya masih kecil sangat butuh bahu sandaran yang kuat dari sebuah pohon yang rindang yang mampu menyejukkan dan menghantarkan kedamaian.

Diary, untungnya ada cabang kokoh yang menopang saya dengan segenap kasih sayang. Dia memberikan segalanya seperti kalian mengenal ibu. Menuntun dan memberikan senyuman mengiringi botol susu yang disiapkan. Saya yakin kasih murni yang diberikan akan terukir dan selalu terkenang sepanjang masa.

Kenangan melayang membawa kisah seperti hari ini, dengan keseruan sebuah keluarga Petualang. Mereka melambaikan tangan tersenyum menyapa orang-orang yang lalu lalang. Mereka mendapatkan bahagia yang sederhana, tetapi menggoreskan kisah perjalanan yang berkesan. Seperti sosok yang tak luput dari perhatian, yang nampak berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan.

Bahagia yang tak perlu pergi ke tempat yang mewah, perlu biaya mahal dan perencanaan yang matang. Hanya dengan ada keinginan dan kesempatan bisa langsung meluncur menuju tempat yang dianggap bisa memberikan kedamaian. Menikmati hembusan angin yang berdesir, merasakan percikan air dari ujung buluh bambu yang meluncur deras menimpa batu yang hitam mengkilap bak intan permata menyusuri sungai berkelok.

Buliran pasir yang jernih menopang arus air yang tenang menuju hilir, seolah menyapa selamat datang. Atau saya meluncurkan pancing sejauh luasnya kolam, untuk mendapatkan satu dua ikan yang akan disantap dari perapian. Dinikmati dengan nasi di tungku bata dan asap kayu bakar yang mengepul tertiup angin mengalunkan wewangian aroma bumbu salam, serai dan daun bawang. 

Ah, diary semoga menjadi saksi keseruan keluarga petualang dalam menjemput kebahagiaan.

KBB, 19092022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun