Hampir lima tahun kau menemani. Pulang pergi silih berganti. Diawali kisah berdesakan dan berhimpitan. Hingga ada perubahan sekarang nyaman. Tetapi senyummu di gerbong kereta kunikmati sama. Manis legit membuyarkan lelah dan penat yang menggelayut seharian. Hmm, akan kunikmati sambil bersandar.
Enam puluh purnama tak terasa mengukir kisah perjalanan bersama seiring peluit panjang yang menggema. Pertanda perjalanan akan diawali dengan lambaian tangan dan senyuman ucapan selamat jalan. Roda besi yang berderit mengantarkan sejuta harapan. Akan bertemu dengan pemilik senyuman di gerbong kereta yang aku nantikan.
Sebuah senyuman dari balik gerbong kereta terlihat masih sama. Legit menggigit dan menggetarkan. Kadang tak kuasa menatap sorot matamu yang tajam menembus pupilku. Kau pancarkan aura megah kadang menakutkan kalau malam menjelang. Menggelembung bulu kudukku merasakan aroma aneh suasana sepi. Hanya senyuman di gerbong kereta yang tetap aku nikmati memikat.
Ada seulas senyum yang tersungging di balik gerbong selalu dinanti. Sekelebat berhadapan saling mencuri pandang. Adakah kesempatan mengukir kisah bersama seperti makna senyuman yang menghiasi wajahmu yang merona menggemaskan. Hmm, mari nikmati sambil mengukir khayalan di mimpi kita setiap petang. Biarlah sang pemilik senyum di gerbong kereta menjadi pelengkap nuansa yang dinikmati setiap kita sua.
Bandung Barat, 3 April 2021
Â