Bentuk bulat dua kanan kiri sama tak beda. Kacamata bertuah tergeletak tanpa ada yang jamah. Hampir delapan purnama tetap di tempatnya. Di atas meja bersanding catatan perjalanan dua masa. Bertebaran dalam kilatan ribuan kisah perjalanan.
Kacamata bertuah berbingkai hitam tampak mulai kusam. Dalam kesendirian di meja tak berteman. Kilau  hitam samar-samar warnanya memudar. Dari hitam legam menjadi abu-abu tak beraturan. Kacamata bertuah pun menunduk dengan bingkai mulai rapuh. Diantara tumpukan buku dan catatan.
Kacamata bertuah tak lagi ditemani. Sebab sudah empat belas hari tuannya pergi. Menemui seseorang di luar kota. Yang akan memberi banyak jampi-jampi dan syair sakti. Untuk membekali pendamping yang katanya biar cepet menuntaskan disertasi.
Kacamata bertuah utuh tetap di tempatnya. Diam bisu tak tergoyah. Kacamata bertuah berbingkai bulat. Sebulat tekad yang digulirkan. Untuk memberi jutaan semangat. Kacamata bertuah akan tetap di meja. Setia menemani sang pemilik supaya semangat baca serta berkarya.
Bandung Barat, 04-11-020