Mohon tunggu...
Ade hidayat
Ade hidayat Mohon Tunggu... Guru - Selalu bersyukur di setiap keadaan

Kebenaran itu banyak yang salah itu hanya satu,,,,,,,,, jadilah orang yang benar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-P1) di SMK

6 Desember 2021   08:46 Diperbarui: 6 Desember 2021   08:47 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Ade Hidayat, Kegiatan  Diklat Assesor di Lingkungan KCD Seragon Provinsi Banten

Pemerintah Indonesia menggunakan berbagai strategi untuk menyokong sektor ekonomi dan era globalisasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dasar yang disokong oleh pemerintah pusat untuk meningkatkan sumber manusia ialah pembangunan Institut Vokasi di SMK. Dengan terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), manjadikan kawasan ASEAN menjadi kawasan ekonomi terpadu yang terintegrasi penuh  dengan ekonomi global. MEA membentuk kawasan ekonomi yang berdaya saing, inovatif dan dinamis. Maka dari itu negara ditantang untuk menyiapkan sumber daya manusia yang terampil, unggul dan kompeten. Sertifikasi uji kompetensi peserta didik melalui Lembaga Sertifikasi Profesi pihak ke 1 (LSP-P1) adalah salah satu upaya sinkronisasi dan penyelarasan mewujudkan link and match SMK dengan Industri.

Uji sertifikasi di SMK melalui LSP-P1 diharapkan selain mengukur capaian kompetensi selama belajar di SMK. Terselengaranya tempat uji kompetensi (TUK) yang representatif. Goal  dari ini semua adalah menghasilkan out put  lulusan SMK yang berdaya saing, multi task skill, dan selalu siap menghadapi segala perubahan yang terjadi di era revolusi industri 4.0.

 Dua dasawarsa terakhir reformasi pendidikan secara mendasar telah mengubah kontur kurikulum, pengajaran dan pendidikan guru di Amerika Serikat. karya Peter Taubman (2009) Teaching by Numbers menelusuri  kecepatan luar biasa di mana standar dan akuntabilitas dari Undang-Undang No Child Left Behind tahun 2001 secara mendalam mempengaruhi semua aspek pengajaran, sekolah, dan pendidikan guru di Amerika Serikat.  Dari 2009 hingga 2015, pemerintahan Obama mempercepat transformasi besar-besaran ini dengan reformasi pendidikan khasnya, Race to the Top. Balapan ke Puncak adalah program hibah kompetitif yang memanfaatkan dana stimulus ekonomi sebesar $4,35 miliar untuk memberi insentif kepada negara bagian untuk mengadopsi Common Core State Standards dan CCSS-aligned tes, membangun sistem data longitudinal untuk melacak ukuran pertumbuhan siswa, memperluas pendidikan privatisasi dan meningkatkan peran ukuran kinerja siswa dalam guru dan evaluasi administrator.

Peningkatan soft skill dan hard skill merupakan penentu kejayaan dasar bagi aktivititas di kawasan  masyarakat global. Sekolah Menengah Vokasional (SMK) sebagai pembekal tenaga kerja mahir mempunyai peranan yang penting.

Deskripsi PROGRAM pembentukan lsp p1 di indonesia

Deskripsi  program  pembentukan  Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)-P1 di SMK  adalah sebagai berikut:

  • Full Assesment Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)-P1
  • Rapat Pengembangan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)-P1
  • Penambahan Assesor/RCC (sesuai standar pelatihan didaerah masing-masing)
  • Witness
  • Pelaporan

STRATEGI IMPLEMENTASI

Pada dasarnya, LSP-P1 dirancang untuk meningkatkan sumber daya manusia. Perkembangan dunia usaha dan era digitalisasi semua jenis aktivitas pekerjaan . Hal ini menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan, termasuk sekolah menengah kejuruan (SMK). Karena itu dibutuhkan tenaga kerja yang kompeten di bidangnya. Penting untuk membuat penyesuaian akademis dan profesional. Oleh karena itu keselarasan antara pendidikan dan dunia industri. Penyelarasan profesional adalah hal biasa, jadi ini lebih dari sekadar membahas kurikulum. Keharmonisan ini melibatkan banyak aspek, tidak hanya infrastruktur, tenaga pengajar dan peralatan. Keselarasan ini menuntut SMK untuk menawarkan keahliannya masing-masing, sehingga kurikulum sekolah sesuai dengan tantangan yang diharapkan pada era globalisasi.

Masalah dari kurikulum bidang produktif kurang beragam, eksekusi yang buruk, kapasitas kurang. Industri Itu sering berubah, kearah  terus membaik. Sekolah vokasi  masih sulit. Kapasitas profesional guru masih kurang, metode dan keterampilan mengajar masih terbatas. Fasilitas dan bengkel praktik yang tidak memadai. Peserta didik magang dengan Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) tidak representatif. Kurangnya pelatihan langsung bagi guru. Hingga ujian sertifikasi bagi lulusan SMK. Ada sejumlah masalah di dunia SMK yang harus diselesaikan.

 Proyek Revitalisasi vokasi utama terus di tingkatkan. Salah satunya adalah sertifikasi uji profisiensi siswa melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-P1). Salah satu upaya koordinasi dan keselarasan adalah menciptakan link dan match antara SMK dengan DU/DI. Meningkatkan kualitas dan daya saing bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun