Mohon tunggu...
Ade Ela Pratiwi
Ade Ela Pratiwi Mohon Tunggu... Guru

I love travelling and having new experiences

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gastronomi Wisata : Menghubungkan Rasa, Budaya dan Sejarah Kuliner Daerah

17 Juni 2025   05:25 Diperbarui: 17 Juni 2025   05:25 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya tidak selalu berwujud sebagai benda, namun budaya juga merupakan sebuah proses, pengetahuan dan cara hidup yang mejadi warisan kekayaan dari satu generasi ke generasi lainnya. Dalam ilmu antropologi, Koentjaraningrat (1974) menyebut kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 wujud, yaitu:

  • Gagasan. Wujud budaya yang berupa gagasan bersifat tidak bewujud (intangible). Budaya dalam wujud gagasan yang hidup dalam setiap pemikiran manusia terdiri dari nilai yang menjadi pedoman atau prinsip yang dianggap penting dan bergengsi. Kedua adalah norma, yang terdiri dari tata cara atau sistem yang telah terbentuk dan harus diikuti oleh masyarakat lokal. Ketiga adalah sebuah pandangan hidup, yang merupakan suatu cara masyarakat memahami dan menafsirkan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan. Sehingga, budaya dalam wujud gagasan merupakan sebuah prinsip dan filosofi hidup yang melandasi sebuah kebudayaan.
  • Perilaku. Wujud budaya yang selanjutnya adalah perilaku. Wujud ini adalah sesuatu yang nampak terjadi dan dapat diamati, namun tidak dapat disentuh. Budaya dalam wujud perilaku dilandasi oleh sebuah gagasan/ pemikiran manusia. Seperti halnya saat masyrarakat melakukan aktifitas gotong royong, musyawarah, mengolah makanan tradisional, dll., hal itu lahir dari sebuah gagasan yang diimplementasikan sehingga terjadi dan dapat diamati dalam sebuah kehidupan bermasyarakat.
  • Benda. Budaya dalam wujud benda dapat dilihat, diamati dan disentuh oleh wisatawan. Wujud benda ini dapat nampak pada berbagai hal yang mendukung kegiatan dalam hidup bermasyarakat. Misalnya, peralatan masak tradisional, menu hidangan makanan tradisional, baju adat daerah, rumah adat, permainan tradisional yang berwujud seperti dakon, kelereng, bentikan, dll.

Contoh Produk Budaya Gastronomi :

Gudeg merupakan kuliner khas daerah jogja yang sarat akan budaya dari mulai penyiapan bahan baku, proses pembuatan hingga penyajian hidangan gudeg.

  • Wujud gagasan : gudeg bukan hanya makanan, namun merupakan gambaran dari identitas jogja yang otentik. Penggunaan nangka muda seagai bahan baku hidangan ini memikili pesan yang terkadung yaitu hidup selaras dan harmonis dengan memanfaatkan apa yang tersedia di lingkungan sekitar kita. Dalam proses pembuatan gudeg tersimpan sebuah filosofi tentang kesabaran, kerjasama dan rasa syukur.
  • Wujud Perilaku : dalam proses pembuatan gudeg terdapat perilaku yang dangat teliti dan rinci. Masyarakat secara turun temurun belajar tentang cara memilih nangka muda dnegan baik, menyiapkan bumbu dan rempah secara seimbang, menggunakan alat masak tradisional sperti tungku dengan tujuan untuk mendapatkan cita rasa yang matang dan lembut.
  • Wujud Benda :dalam wujud gudeng secara benda, maka dapat kita lihat mualai dari bahan baku pembuatan yang berupa nangka muda, gula aren, daun jati dan bumbu rempah. Dengan menggunakan alat masak tradisional seperti kendil, tungku tradisional dan cetong dari kayu. Sehingga hasil dari olahan tersebut terwujud dalam gudeng yang sudah matang dnegan tampilan coklat, manis, lembut yang dapat disajikan dnegan menggunakan ayam, sambal, telur hingga krecek.

Wisata gastronomi merupakan bentuk pariwisata yang mengeksplorasi kuliner khas dari suatu destinasi sebagai pengalaman utama. Pengalaman wisata yang dikatakan menjadi sentral dari pengalaman wisata yakni wisata gastronomi (Wijaya et al., 2021). Wisata gastronomi juga dapat didefinisikan sebagai sebuah perjalanan wisata yang ditujukan untuk menikmati makanan dan minuman sebagai faktpr utama dalam menentukan keputusan kunjungan ke suatu destinasi (Ningsih & Turgarini, 2020).

Pemilihan destinasi wisata gastronomi berdasarkan faktor budaya lokal, tradisi masyarakat, dan cerita yang melekat dibalik suatu kuliner. Daya tarik wisata gastronomi di Indonesia sangat besar. Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan tradisi masyrakat, serta kondisi geografis yang berbeda antardaerah melahirkan bermacam-macam kuliner lokal sebagai ciri khas suatu daerah. Kuliner lokal suatu daerah dapat dijadikan sebagai penunjang pariwisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan menaikan pendapatan suatu daerah (Wachyuni, 2023).

Gastronomi merupakan motif utama dibalik pelaku-pelaku yang mempersiapkan dan siapa yang menyediakan keperluan bahan makanan dan minuman (Nugroho & Hardani, 2020). Diperkuat dengan temuan bahwa wisata gastronomi merupakan bagian dari wisata minat khusus. Wisata gastronomi mengacu pada perjalanan yang dilakukan dengan tujuan menikmati makanan dan minuman sebagai faktor utama dalam menentukan keputusan untuk mengunjungi suatu tempat (Ningsih, 2020).

Sedangkan Gastrodiplomasi merupakan pecahan dari diplomasi publik yang menggunakan sarana hidangan khas suatu negara untuk brand awareness. Gastrodiplomasi bukan hanya dengan menikmati hidangan khas suatu negara, melainkan bisa menarik budaya suatu negara untuk dipelajari lewat makanan yang dicoba sejak pertama. Gastrodiplomasi dikatakan sebagai diplomasi publik karena perannya yang dilakukan dengan proses komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan hidangan. Proses komunikasi publik seperti ini juga sudah dilakukan sejak dahulu oleh pemerintah terhadap publik mancanegara (Prameswari & Yani, 2023).

Contoh : Thailand memiliki program yang dikenal dengan "Thailand: Kitchen of The World", pertama kali dicetuskan pada tahun 2002. Gastrodiplomasi tersebut awalnya dikeluarkan diharapkan mampu mengubah citra Thailand yang dikenal sebagai sex tourism (Naim, et all., 2022).

Konsep from farm to table merupakan konsep penyajian makanan yang bahan dasar utama makanan dipetik langsung dan diambil dari kebun sendiri. Sehingga kondisi bahan makanan masih fresh dan memiliki cita rasa yang baik. Dengan konsep farm to table, wisatawan dapat mempelajari proses dari bahan makanan ditanam hingga panen dan dapat dimasak secara langsung. Konsep yang menjadi kekhasan Pemulan Bali yaitu organic farm to table, yakni memetik langsung dari kebun sendiri, memasak dan menghidangkannya di meja (Wulandari, et all., 2024).

Contoh : Simple Plant Vegan Kitchen and Art Space merupakan restoran vegetarian berkonsep farm-to-table yang menawarkan hidangan lezat dan sehat di tengah kehijauan Kaliurang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun