Review buku Life's Journey
Judul Buku: Life's Journey
Penulis: Komaruddin Hidayat
Penerbit: Noura-Mizan. Cetakan 1, 2013
Jml hlm: xxx + 248
Kenikmatan Ruhani saat Pandemi
Di masa pandemi ini, sejatinya menjadi sebuah momen buat manusia merenung. Ketika tempat-tempat ibadah ditutup. Ketika ibadah berjamaah harus diganti dengan ibadah yang dilakukan sendirian. Ini menjadi renungan bahwa komunikasi dengan diri sendiri dan dengan-Nya terasa lebih "intim" di tengah kesendirian. Ketenangan justru kita temukan di tengah kesunyian. Bukankah Nabi Muhammad menemukan ketenangan di dalam sunyinya Gua Hira. Nabi Yunus menyadari kesalahannya setelah merenung sendirian di dalam perut ikan paus. Budha menemukan pencerahan setelah meninggalkan kemewahan kehidupan istana.
Ujian di masa pandemi ini sejatinya mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang lebih manusiawi. Lebih menambah rasa kasih sayang kita terhadap sesama manusia. Menambah sikap empati kita terhadap kesulitan yang dialami orang lain. Menjadikan kita bersikap lebih santun terhadap bumi, mother earth yang selalu menyediakan segala kebutuhan manusia untuk hidup. Menjadi lebih penyayang kepada binatang, makhluk Tuhan yang katanya tak berakal.
Buku Life's Journey -- hidup produktif dan bermakna yang ditulis Komaruddin Hidayat ini sangat pas dibaca sesuai dengan momen saat ini. Ketika kita sebagai manusia sedang diuji wabah. Tak mengenal ras, suku, budaya, atau apapun, virus ini bisa menyerang siapa saja. Mulai dari rakyat biasa sampai seorang pangeran, pemimpin negara, selebriti dan sebagainya. Hal ini menyadarkan kita bahwasanya kita hanyalah satu mahkluk ciptaan tuhan yang tidak kuasa melawan kehendak-Nya. Dan hanya kepada-Nya pula kita memohon perlindungan.
Di dalam buku ini dijelaskan, manusia dilengkapi berbagai perangkat jasmani dan rohani demi menjalani tugasnya sebagai manusia. Secara garis besar, ada lima jenjang eksistensi manusia, yaitu jasadi, nabati, hewani, insani, dan rabbani. Komponen jasadi terdiri dari serangkaian tulang-belulang yang tertutup oleh kulit. Fasilitas dalam tubuh manusia terdiri dari jaringan sel-sel halus yang jumlahnya mencapai trilyunan. Dalam jaringan sel otak saja tidak kurang dari 100 milyar yang berfungsi menampung informasi apa saja yang pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan apa saja yang pernah diimajinasikan. Itu baru satu bagian yang kita fokuskan. Belum lagi kalau kita membahas soal cara kerja tangan, mulai dari lengan atas sampai jari-jari. Setiap bagian jasadi kita bekerja secara kompak, terorganisir dengan sangat sempurna. Mengamati bagian kecil dari tubuh kita membuat kita merenung sejenak, hasil ciptaannya saja begitu sempurna dan menakjubkan, apalagi penciptanya.
Eksistensi jiwa nabati maksudnya manusia tumbuh sesuai dengan DNA-nya. Jika ingin menuai hasil yang baik, maka berikan nutrisi yang baik juga. Dalam ajaran Islam, kita dilarang memakan makanan yang haram. Baik haram karena asalnya atau haram karena cara memperolehnya. Makanan yang kita makan untuk memenuhi kebutuhan jasadi harus bersandar pada prinsip halalan thoyyiban. Artinya makanan yang masuk ke dalam tubuh haruslah sesuatu yang baik secara standar kesehatan dan diperoleh dari harta yang halal.