Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Al Quran Sobek

7 April 2021   08:24 Diperbarui: 7 April 2021   08:29 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di Sebuah perpustakaan, beberapa tumpuk Al Qur'an tergeletak di tepian rak, bagian sampul depan terlihat kusam dihinggapi kepulan debu-debu yang berterbangan dari segala arah. Kemudian bagian dalam, tampak kumal, beberapa lembaran juga tampak sobek entah apa penyebabnya.

Di bagian rak lain, terlihat buku-buku fisika, biologi, bahkan sastra tertata dengan rapi. Tiap bagian dari buku-buku itu tampak terawat dengan balutan sampul plastik, bahkan di bagian raknya tertulis:

"Mohon hati-hati membacanya, ini adalah buku-buku langka!"

Bagian dalam dari buku-buku itu tampak rapi, tak ada lekukan lembar demi lembar. Di bagian tengah, terdapat pembatas buku berbentuk garis panjang seperti kumpulan benang yang direkatkan dari bagian atas hingga bawah.

Para pustakawan dan pustakawati memperlakukan buku-buku itu layaknya seorang permaisuri di istana megah. Tak boleh tersentuh tangan-tangan kotor manusia yang hina, sehingga dapat menyebabkannya rusak dan luluh lantak.

Setiap hari, mereka juga mengawasi pemustaka yang datang, berjaga-jaga siapa tahu seseorang meletakkan buku-buku itu dengan cara tak santun, seperti melempar ke sembarang tempat, seolah pustakawan dan pustakawati itu berkata dengan nada tinggi:

"Hai kamu yang berbaju hitam, letakkan buku-buku itu dengan baik. Jangan sampai ada sedikit pun bagian yang rusak dan robek!"

Karena hal itu, tak mengherankan jika para pemustaka sangat berhati-hati dalam membaca buku-buku di perpustakaan itu. Setiap kali mengambil, tangan-tangan mereka selalu sigap memapah, jangan sampai buku-buku itu terjatuh di lantai. Begitu pula saat mengembalikan, tangan-tangan mereka juga terampil, sehingga tak terhempas di bawah, terkena debu dan kotoran.

Ketika buku-buku itu jatuh ke lantai, mereka akan mengambil lalu menciumi layaknya seorang kekasih yang hendak pergi ke suatu tempat jauh dan tak kembali dalam waktu lama.

Apa yang terjadi pada Al Qur'an di perpustakaan itu? Sebuah kitab suci yang berasal dari Allah SWT selaku Tuhan semesta alam, sedang Malaikat Jibril sebagai penyambung lidah-Nya kepada Rasulullah SAW tak mengalami hal sama seperti layaknya buku-buku lain.

Para pemustaka yang datang selalu abai dengan kitab suci itu. Mereka tak pernah menyentuh, apalagi membacanya barang sedetik pun. Jelas-jelas Al-Qur'an merupakan pedoman hidup bagi manusia, namun mereka lebih memilih buku-buku lain sebagai pedoman hidup.

Kata tokoh-tokoh agama, Al Qur'an adalah buku induk pengetahuan. Mencakup semua ilmu, dari awal mula terbentuknya alam semesta hingga proses penciptaan manusia. Semua ada, sayang kebanyakan pemustaka tak tahu dan tak mau tahu. Mereka menjadikan buku-buku lain sebagai kitab suci ilmu pengetahuan, tanpa mau kembali mempelajari dan merenunginya barang sedetik pun.

Begitu pula dengan para pustakawan dan pustakawati, tumpukan Al Qur'an sobek dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan khusus. Mereka biarkan semua itu membusuk bagaikan mayat di alam kubur, sedikit demi sedikit hancur dimakan cacing tanah, lalu tak tersisa kecuali tulang-tulangnya.

Bagi mereka, biarlah semua itu hancur di makan rayap tak tersisa agar segera diganti dengan buku-buku lain yang kekinian. Fenomena itulah yang terjadi di perpustakaan itu. Al Qur'an menjadi pajangan semata, bukan sebagai sandaran utama bagi manusia.

*****

Aku... Seorang manusia yang fakir akan ilmu, mencoba menyelami sebuah pengetahuan dari satu perpustakaan ke perpustakaan lain, khususnya perpustakaan itu. Hampir semua buku kupinjam, lembar demi lembar kubuka, juga kuserap semua ilmu tanpa ada yang tersisa. Sedang Al Qur'an di tepian, belum pernah kupinjam barang sekali pun, apalagi kubaca hingga selesai.

Siang itu, kusentuh Al Qur'an yang berada di tepian. Kuusap lembut bagian luarnya, di sana tertulis "Al Qur'an Al Karim". Hatiku bergetar seketika saat menyentuh tulisan itu, terasa jelas bahwa aku tak pernah mendalaminya, jangankan mendalami, membacanya pun masih terbata-bata.

Aku menjadi sadar bahwa sebanyak apa pun buku yang kubaca, tak akan sebanding dengan membaca Al Qur'an. Dari aspek keutamaan hingga aspek pengetahuan. Aku benar-benar lalai, menganggap bahwa buku lain lebih baik darinya.

Hatiku amat teduh tatkala membuka lembar pertama dalam Al Qur'an. Di sana tertulis 99 nama Allah, mulai dari Ar Rahman hingga As Shabuur. Ibarat sebuah tanaman kering yang hampir mati tak pernah tersiram air hujan, ketika air dari langit mulai membasahinya, seketika itu kesempatan untuk hidup kembali hadir.

Begitu pula diriku yang amat hina ini, benih-benih kehidupan sejati bermunculan kembali setelah sekian lama tertatih dalam kubangan dosa karena telah mengabaikan firman-firman-Nya dalam kitab suci. Tanpa sadar, kubuka halaman kedua, bibir ini lirih membaca:

"Bis...millaahir rah...ma...nirra...him."

Secara terbata kata indah itu keluar. Kucuran air dari kelopak mata membasahi pipi kanan dan kiriku. Aku benar-benar sedih, mengapa tak kubuka dari dulu, sehingga kini bisa menghafal, mempelajari, dan mengamalkannya.

Beruntung, kini aku telah sadar. Jika tidak, maka aku akan menyesal seumur hidup. Tak bisa merenungi firman-firman-Nya yang suci.

Kututup Al Qur'an itu dan kubawa ke meja pustakawan untuk kupinjam. Di rumah, aku tak sekadar membaca dan mempelajarinya, namun akan kubenahi halaman demi halaman yang sobek, sebagai bentuk kecintaanku karena telah melupakannya sepanjang hidup.

"Duhai Al Qur'an sobek, aku tak akan lagi menyia-nyiakanmu. Seluruh tarikan napasku akan selalu menyertaimu dalam gundah dan bahagia. Semoga aku dan kamu bisa terus bersama, tanpa ada pihak-pihak lain yang akan memisahkan kita berdua."

Aku melangkahkan kaki menuju rumah. Seringai wajah ceriaku tak bisa kuungkap dengan kata-kata. Aku akan memulai lembaran hidup baru bersama sebuah kitab suci indah yang isinya merupakan pedoman hidup bagi manusia. Tak hanya itu, ia adalah sumber ilmu yang akan dan terus memancarkan sinar-sinar pengetahuan bagi manusia. Ya, kitab itu adalah Al Qur'an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun