Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ungkapan Hati Laut dan Sungai

16 Oktober 2018   07:32 Diperbarui: 16 Oktober 2018   08:31 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ajaklah orang-orang disekitarmu agar mau membuang sampah ditempat yang telah disediakan. Berilah mereka pengertian bahwa membuang sampah di sungai dan laut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dalam jangka waktu yang lama.

Berilah mereka pemahaman agar mau menjaga kami, sehingga kami bisa bermanfaat bagi mereka, namun jika mereka tidak mau menjaga kami, maka kami pun tidak akan menjaga mereka. Jangan salah kan kami jika banjir, dan bencana alam lain datang melanda di bumi ini."

Beberapa saat, setelah laut berbicara, Kiki terbangun dari tidurnya. Dia sungguh terkejut. Dia ragu, adanya mimpi itu merupakan suatu pesan bagi dirinya untuk menjalankan sesuatu, ataukah hanya sekedar bunga tidur? Keesokan hari, dia bercerita kepada ayah tentang mimpinya. Dia ceritakan dari awal hingga akhir.

"Menurut ayah, mimpimu itu bukan sembarang mimpi. Terkadang ada suatu ilham yang muncul lewat mimpi, dan itu benar-benar terjadi dalam kehidupan seseorang. Contohnya seperti mimpi Nabi Ibrahim dan Yusuf AS." Komentar ayahnya.

"Berarti aku harus menjalankan perintah dalam mimpi tersebut?"

"Ya. Mimpi tersebut tidak hanya ditujukan kepadamu nak, tapi juga untuk keluarga kita. Mari kita jalankan isi mimpi itu mulai dari sekarang." 

Hari itu juga, keluarga Kiki mulai menjalankan isi dari mimpi. Mereka banyak membaca artikel tentang pentingnya menjaga kebersihan dan keindahan laut dari media cetak dan elektronik. Lalu, Ayah Kiki menuangkan gagasan yang telah dia baca lewat tulisan. Dia tulis ke dalam blog, website, maupun koran mingguan.

Setelah beberapa minggu tulisannya up date di berbagai media cetak dan elektronik, banyak sekali pembaca yang berminat untuk mengkuti gagasannya. Banyak pula komentar positif mengenai tulisan tersebut, tak ayal banyak komentar positif yang mengisi di laman web maupun blognya.

Beberapa minggu kemudian, ayah mengajak keluarganya untuk berlibur ke pantai Citepus. Tak lupa ayah mengingatkan barang apa saja yang harus dibawa, yaitu kantung plastik besar untuk memunguti sampah-sampah yang berserakan di sana.

Sebenarnya, pantai Citepus relatif bersih dan tidak terlalu kotor, namun tetap saja ada sampah berserakan di sana. Jika tak ditangani dari sekarang, maka dikhawatirkan masyarakat yang berkunjung kesana akan semakin apatis dan terbiasa membuang sampah secara sembarangan hingga bisa mengakibatkan penumpukan sampah secara besar-besaran.

Di pantai Citepus, Kiki dan keluarganya menikmati keindahan alam. Tak lupa saat mereka berjalan, mereka memunguti sampah-sampah yang berserakan di tepian pantai. Hal ini menimbulkan banyak perhatian di kalangan pengunjung, namun keluarga Kiki tetap memungut sampah-sampah yang berserakan di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun