Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum Kota Berlin di Sore Hari

8 September 2018   07:53 Diperbarui: 8 September 2018   08:41 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih teringat dalam benakku. Saat SD, SMP, SMA. Bapak dan emak selalu membangunkanku pukul 03.00 WIB untuk melaksanakan shalat tahajud bersama. Awalnya, aku ogah-ogahan, terutama saat kelas 3 SD. Lama-kelamaan karena biasa dibangunkan, akhirnya aku terbiasa bangun malam. Setelah melaksanakan shalat tahajud, aku membantu ibu membuat kue donat sampai pukul 04.30 WIB dan istirahat sejenak untuk melaksanakan shalat Subuh kemudian kembali membuat kue donat sampai pukul 06.00 WIB.

Itulah kegiatan sehai-hariku. Membantu ibu membuat kue donat untuk dijajakan di warung sekolah sekitar rumahku. Aku dilahirkan di desa dari keluarga sederhana. Bapak bekerja sebagai petani dan emak bekerja sebagai pembuat kue donat. Aku merupakan anak tunggal, maka dari itu kedua orang tua begitu memperhatikanku. Mereka selalu mengingatkanku untuk rajin belajar.

"Nduk, koe kudu sregep sinau men pinter, dadi wong sukses. Ojo koyo bapak lan emakmu wong bodo, ora ngerti opo-opo. Ngertine mung sawah karo pari."[1]

 

Aku hanya tersenyum dan mengiyakan apa yang dikatakan oleh bapak. Nasehat bapak ku perhatikan baik-baik dan kulakukan. Saat di sekolah, aku berusaha sebaik mungkin mendengarkan penjelasan dari guru. Ketika ada pembahasan atau soal yang kurang kupahami, aku segera bertanya kepada guru. Di rumah, aku belajar segiat mungkin, mempelajari apa yang sudah disampaikan oleh guru.

Tidak hanya itu, akupun punya kelompok belajar. Seminggu sekali kita belajar bersama. Tempatnya bergantian secara bergilir, kadang di rumahku kadang di rumah temanku. Sesekali kita belajar bersama di masjid desa. Semua hal itu aku lakukan dengan senang dan gembira, alhasil ketika penerimaan hasil belajar, nilaiku selalu memuaskan.

Bapak dan ibu guru kadang menyanjungku dihadapan bapak dan emak saat penerimaan hasil belajar. Hal ini terus berlajut hingga aku lulus SMA. Semua guru memberikan selamat atas kelulusanku. Pak Wito, wali kelasku menyalami dan berkata:

"Yasmin, kamu sudah lulus SMA. Bapak berharap kamu bisa melanjutkan kuliah dan semoga kelak kamu bisa menjadi orang sukses, karena kesuksesanmu itulah yang bisa membuat kedua orang tuamu bahagia."

 Tanpa diduga setelah aku lulus SMA, aku mendapat beasiswa kuliah di Universitas Indonesia. Aku ambil jurusan sosiologi. Kegiatanku disini cukup beragam, mulai dari kuliah, diskusi dan berorganisasi. Aku sering diminta mengisi dikusi lintas organisasi. Biasanya aku diminta menanggapi berita-berita terkini dari perspektif sosiologi. Misalnya hal-hal yang berkaitan dengan isu korupsi, tawuran pelajar, drugs, dan berbagai macam masalah sosial lain. 

Dalam suatu diskusi, aku pernah menyampaikan gagasanku mengenai fenomena narkoba pada pelajar SMA. 

"Para teman-teman lintas organisasi yang saya banggakan. Fenomena narkoba telah menjalar kepada sebagian kalangan anak SMA. Tentunya ini merupakan suatu hal yang sangat meresahkan, tidak hanya bagi kita, namun juga meresahkan bagi negara kita. Berbagai macam upaya dan daya telah dilakukan oleh aparat pemerintahan, namun para pengguna narkoba terus saja ada, bahkan bisa jadi mengalami peningkatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun