Mohon tunggu...
Aditya Dwiki
Aditya Dwiki Mohon Tunggu... Konsultan - Pribadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Superman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bak Singa Gurun Mengaum, Bung Karno Bersuara di Sidang PBB

2 Oktober 2021   09:37 Diperbarui: 2 Oktober 2021   09:44 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bung Karno adalah sosok penting dalam pembangunan revolusi mental dunia. Perjuangan beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan menjadi suri tauladan bagi bangsa, semangatnya yang berapi-api bak singa gurun yang mengaum. Salah satu sepak terjang Bung Karno yang fenomenal adalah ketika bersuara dalam sidang PBB.

Dengan lantang, kharismanya terpancar kuat. Presiden pertama Republik Indonesia ini mengutuk kolonialisme dan imperialisme, serta mengkritik keras peran PBB yang lebih condong ke negara barat, mendukung perlucutan senjata akibat ancaman senjata nuklir dalam perang dingin Amerika dan Uni Soviet, serta mengusulkan Pancasila masuk dalam piagam PBB.  

Sosok Bung Karno juga mampu meneladani politik lapangan revolusi tidak berdarah yang dicontohkan Nabi Muhamad SAW, salah satunya lewat Proklamasi. Terbukti, Bapak Proklamator ini mampu menyatukan 54 negara atau kerajaan  menjadi satu atas nama Indonesia. Fenomena ini belum pernah terjadi di belahan dunia manapun.

Bahkan, Soekarno mampu menerjemahkan piagam Madinah lewat Pancasila. Jasa-jasa beliau, tak terlepas dari perjalanan perjuangan Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan, juga teladan bagi perjuangan bangsa lain.

Sehingga, peringatan 61 tahun Bung Karno berdiri di depan sidang PBB yang digelar 30 September 2021 adalah momentum dan perwujudan semangat pembebasan negara--negara Asia dan Afrika dari neokolonialisme dan imperialisme.

Salah satu prinsip yang menjadi pedomannya yaitu "mikul duwur mendem Jero" adalah semangat positif bung Karno yang diartikan bahwa memendam segala keburukan yang bersifat manusiawi adalah langkah bijak dan seharusnya diterapkan.

Wajar jika saat ini LIPI berencana mengajukan kembali dua pidato Bung Karno ke UNESCO sebagai memory of the world yaitu unity in diversity Asia Africa dan new emerging force.

Tentunya  lewat moment ini diharapkan dunia dapat mengenang kembali, melakukan peninjauan kembali serta mampu membuat perkiraan di masa depan. Dan yang pasti, relevansi Pancasila untuk tata dunia baru.

Penulis : Octa D. Sutrisno

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun