Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Suara Anak Kampung: Seandainya Istana Bogor Bisa Jadi Istana Rakyat

2 Februari 2016   16:16 Diperbarui: 2 Februari 2016   17:15 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dua orang anak peserta Wisata Edukasi Lingkungan sedang memandangi Istana Bogor dari dalam Kebun raya Bogor (dok. pribadi 31/1/2016)"][/caption]

Hari minggu (31/1/2016) saya mendampingi 130 anak-anak yatim dan dhuafa berkunjung ke Kebun Raya Bogor (KRB) untuk sebuah program Wisata Edukasi Lingkungan (WEL) yang diadakan Komunitas Pohon Inspirasi (KPI). KPI adalah komunitas yang saya kelola yang salah satu programnya mengenalkan anak-anak usia dini pada lingkungan khususnya pepohonan. Peserta program KPI berasal dari anak-anak kampung Kecamatan Ciampea Kabuapten Bogor dari golongan ekonomi kurang mampu, separuhnya adalah anak yatim. KPI mengusung slogan Menanam dan Merawat Pohon adalah Seperti Membangun Istana.

Dalam acara WEL ini saya sengaja membuat acara penelusuran jalur pepohonan di KRB yang salah satunya harus melewati Danau Gunting yang bisa melihat langsung Istana Bogor dari jarak dekat tanpa penghalang. Mereka melihat Istana sesungguhnya selain melihat ‘istana’ lain yaitu pepohonan. Jadilah anak-anak yang didampingi oleh kakak fasilitator dari mahasiswa kampus-kampus di Bogor ini berjalan penuh semangat karena akan melihat Istana Bogor dari jarak dekat.

Tibalah rombongan anak-anak yang sebagian besar tinggal di kampung padat ini di batas paling utara dari KRB. Anak-anak itu sangat jarang melakukan rekreasi karena keterbatasan ekonomi. Saya mendampingi dua anak saya, Faruq dan Aisyah (Gambar pertama). Lalu Aisyah, anak bungsu saya bertanya pada saya:

“Abi, kita pernah kesana ya, tahun lalu. Kenapa kita gak kesana sekarang, Bi?” tanya Aisyah

“Sekarang belum waktunya masuk untuk kita, sayang.”

“Kok gak kayak Kebun Raya, ya, Bi. Kapan aja bisa masuk.” Kini Faruq giliran bertanya.

“Istana Presiden…..Kakak kita kesana, gak?” Tanya anak-anak peserta WEL yang berada di dekat Tugu Reinward di ujung Danau Gunting kepada fasilitatornya.

Faruq, Aisyah dan anak-anak kampung yang saya ajak ke dekat Istana Bogor ini terpana melihat megahnya istana dimana saat ini Pak Presiden Jokowi sering berada disana. Saya menduga saat itu Pak Presiden Jokowi sedang ada di Istana Bogor karena di sekeliling KRB yang berbatasan dengan Istana Bogor dijaga cukup ketat oleh tentara dengan membawa senapan.

Saya melihat mata anak-anak ini dengan tatapan penuh harap. Mereka sangat ingin masuk ke Istana yang ditinggali oleh Presidennya. Sayang sekali Istana Bogor tidak dibuka setiap saat. Sayang sekali rakyat tidak bisa setiap saat bisa bertemua presidennya di Istananya.

Saya berharap suatu saat seratusan anak-anak asuh saya dari kalangan dhuafa dan yatim ini ini bisa masuk ke Istana Bogor menemui Pak Presiden yang mereka banggakan. Saya berharap Istana Bogor suatu saat menjadi Istana Rakyat dimana rakyat bisa bertemu pemimpinnya untuk sekedar makan siang, mengajukan keluahannya atau sekedar bersalaman dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun