Mohon tunggu...
Achmad Saleh
Achmad Saleh Mohon Tunggu... penulis naskah sembarang pns -

Senang membaca dan menulis inovasi dan agribisnis pertanian serta aspek sosial ekonomi pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Herbal Sebagai Obat Alternatif

1 November 2010   02:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:57 2090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Herbal dikenal juga sebagai tanaman obat atau obat tradisional, saat ini sudah banyak dimanfaatkan sebagai upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Namun di Indonesia penggunaannya masih dikategorikan sebagai obat alternatif. Saat ini, banyak orang beranggapan bahwa penggunaan herbal sebagai obat alternatif dianggap relatif lebih aman dibandingkan obat chemical. Namun demikian, agar penggunaannya optimal, perlu diketahui bahwa herbal disamping memiliki kelebihan juga mempunyai kelemahan.

Kelebihannya

Dibandingkan obat-obat chemical, memang herbal memiliki beberapa kelebihan antara lain: efek samping yang relatif rendah, memiliki efek komplementer dan atau sinergisme dalam suatu ramuan, memiliki lebih dari satu efek farmakologi dalam satu jenis tanaman, dan lebih sesuai untuk penyakit2 metabolik atau degeneratif.

1. Efek samping yang relatif kecil.
Herbal akan memiliki manfaat dan keamanan yang optimal jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan yang benar serta pemilihan untuk indikasi tertentu. Beberapa hasil penelitian yang telah dilaporkan akibat penggunaan herbal yang kurang tepat, yaitu :

Takaran/dosis.
Untuk penggunaan dosis daun sledri (Apium graviolens) yang telah diteliti dan terbukti mampu menurunkan tekanan darah, pada penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih dapat menurunkan tekanan darah secara drastis, sehingga jika penderita tidak tahan dapat menyebabkan syok. Oleh karena itu dianjurkan agar jangan mengkonsumsi lebih dari 1 gelas perasan daun sledri untuk sekali minum.

Waktu penggunaan.
Kasus tahun 1980 an, beberapa pasien mengalami kesulitan persalinan akibat mengkonsumsi jamu cabe puyang selama masa kehamilan. Setelah dilakukan penelitian, ternyata jamu cabe puyang mempunyai efek menghambat kontraksi otot pada binatang percobaan. Kesulitan melahirkan yang di alami ibu2 yang mengkonsumsi cabe puyang mendekati masa persalinan dikarenakan kontraksi otot uterus dihambat terus menerus sehingga memperkokoh otot tersebut dalam menjaga janin didalamnya.

Cara penggunaan.
Daun kecubung (Datura metel L.) telah diketahui mengandung alkaloid turunan tropan yang bersifat bronkodilator (dapat memperlebar saluran pernapasan) sehingga digunakan untuk pengobatan penderita asma. Penggunaannya dengan cara dikeringkan lalu digulung dan dibuat rokok serta dihisap. Akibat kesalahan informasi dalam cara penggunaannya, daun kecubung direbus lalu diminum air seduhannya, sehingga terjadi keracunan karena tingginya alkaloid dalam darah, dengan gejala midriasis atau mata membesar (mendem kecubung).

Pemilihan bahan secara benar.
Tanaman lempuyang ada 3 jenis, yaitu lempuyang emprit (Zingiber amaricans L.), Lempuyang gajah (Zingiber zerumbert L.) dan Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.). Lempunyang emprit dan gajah berwarna kuning berasa pahit dan secara empiris digunakan untuk menambah nafsu makan, sedangkan lempuyang wangi berwarna putih (kuning pucat) rasa tidak pahit dan beraroma lebih harum, banyak digunakan sebagai ramuan jamu pelangsing. Kenyataannnya banyak penjual simplisia yang kurang memperhatikan hal tersebut, sehingga kalau ditanya jenisnya hanya mengatakan yang dijual lempuyang tanpa menyebut emprit, gajah atau wanginya.

Pemilihan untuk indikasi tertentu.
Penggunaan daun tapak dara (Vinca rosea) banyak digunakan untuk mengobati penyakit diabetes sesungguhnya bukan merupakan pilihan yang tepat, karena daun tapak dara mengandung alkaloid vinkristin dan vinblastin yang dapat menurunkan jumlah sel darah putih (leukosit). Jika digunakan untuk penderita diabetes yang mempunyai jumlah leukosit normal akan membuat penderita rentan terhadap serangan penyakit karena terjadi penurunan jumlah leukosit yang berguna sebagai pertahanan tubuh.

2. Efek komplementer dan atau sinergisme dalam suatu ramuan
Dalam satu ramuan umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan tersebut harus dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan kontra indikasi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki.
Untuk efek komplenter, sebagai contoh: Formulasi untuk pelangsing atau menurunkan berat badan. Ramuannya terdiri dari : kulit kayu rapet dan daun jati belanda (sebagai pengelat), daun jungrahap sebagai (sebagai diuretika), rimpang kunyit dan temu lawak (sebagai stomakik sekaligus bersifat pencahar). Dari formulasi ini walaupun nafsu makan ditingkatkan oleh temu lawak dan kunyit, tetapi penyerapan sari makanan dapat ditahan oleh kulit kayu rapet dan daun jati belanda. Pengaruh kurangnya defakasi dinetralisir oleh temu lawak dan kunyit sebagai pencahar, sehingga terjadi proses pelangsingan sedangkan proses defakasi dan diuresis tetap berjalan sebagaimana biasanya. Ramuan tersebut seringkali masih diberi bahan-bahan tambahan (untuk warna, aroma, dan rasa), bahan pengisi (untuk memperbanyak volume) dan bahan untuk membentuk penyajiana, ( cair, padat atau serbuk) untuk menarik penggunanya.
Beberapa contoh herbal yang memiliki efek sejenis (sinergis) untuk diuretika bisa digunakan daun keji beling, daun kumis kucing, akar teki, daun alpukat, rambut jagung dan lain sebagainya.

3. Memiliki lebih dari satu efek farmakologi dalam satu jenis tanaman.
Zat aktif pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu jenis tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder, sehingga memungkinkan tanaman tersebut memliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek tersebut adakalanya saling mendukung, tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiktif.
Sebagai contoh : Pada rimpang temu lawak (Curcuma xanthoriza) yang memiliki beberapa efek farmakologi, antara lain : sebagai anti inflamasi (anti radang), anti hiperlipidemia (penurun lipida darah), cholagogum ( merangsang pengeluaran produksi cairan empedu), hepatoprotektor (mencegah peradangan hati), dan juga stomakikum (memacu nafsu makan). Jika diperhatikan setidak-tidaknya ada 2 efek yang kontradiktif, yaitu antara hiperlipidemia dan stomakikum. Bagaimana mungkin bisa terjadi pada satu tanaman, terdapat zat aktif yang dapat menurunkan kadar lemak/kolesterol darah sekaligus dapat bersifat memacu nafsu makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun