Mohon tunggu...
Achmad Rafif
Achmad Rafif Mohon Tunggu... -

ID

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[LOMBAPK] Bawik Naik Kereta Ajaib

1 Juni 2016   15:44 Diperbarui: 1 Juni 2016   19:38 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="logo planet kenthir"]“Aku lapar sekali Tuhan, beri aku sedikit saja rejeki untuk makan hari ini. Berikan aku kebahagiaan walaupun cuma hari ini. Jangan biarkan lagi aku menangis karena kesusahan. Aku lapar... aku haus dan aku yakin Engkau yang Maha Pengasih dan juga Maha Penyayang selalu dalam langkah-langkah ku.” Sore itu si Bawik di pinggir rel kereta api sedang meminta pertolongan Tuhan agar ada sedikit saja yang bisa Bawik makan dan minum. Tampangnya sangat lesu dan seluruh bagian bibirnya terlihat kering bahkan di dalam tenggorakannya; sangat kering.

Sudah dua hari Bawik tidak makan, selama dua hari ini Bawik hanya minum air keran Masjid di seberang rel kereta api. Walaupun demikian keadaan bocah kecil itu bagi Bawik tidak ada pantasnya untuk meminta-minta seperti kebanyakan anak-anak yang mengemis di trotoar jalan atau mengemis-ngemis minta uang dan makan kepada para pejalanan kaki dan orang-orang yang menunggu bus di halte. Sore itu Bawik masih kelaparan dan matahari hampir sepenuhnya tenggelam.

Tentang si Bawik dulu kala Bapaknya bekerja sebagai petugas kebersihan di dalam stasiun Kota. Ibu Bawik penjual gorengan di depan stasiun. Ketika itu Bawik masih dalam kandungan sang Ibu dalam keadaan yang serba pas-pasan akhirnya Bawik terlahir ke dunia ini begitu saja tanpa ada persalinan dari Bidan atau Dokter karena keadaan yang tidak memungkinkan bagi orang tuanya untuk membayar biaya persalinan yang mahal. Setelah beberapa jam sang Ibu melahirkan anak pertamanya Ibunda Bawik menghembuskan nafas terakhir. Singkat cerita; setelah Bawik tumbuh semakin besar kini Bapaknya yang terlibat pencurian uang di dalam stasiun dijebloskan ke penjara, dan beberapa bulan kemudian Bapaknya meninggal dunia di dalam sel sampai akhirnya sore itu Bawik selalu merasa kelaparan dan kesusahan. Bawik sangat merasa hidupnya sangat tidak berbahagia.

Setelah matahari sepenuhnya tenggelam ke arah barat Bawik masih saja meringis kelaparan dan kehausan di pinggir rel. Tapi seorang Kakek berjenggot putih dan bermuka bersih tiba-tiba saja berdiri dihadapan Bawik lalu terjadi dialog diantara mereka:

“Nak, apa kamu sudah makan?” kata si Kakek.

“Sejak dua hari yang lalu, belum.” jawab Bawik. Kepalanya ditundukkan.

“Kalau begitu Kakek mau menawarkan dua pilihan untukmu, anak kecil yang malang.” si Kakek tersenyum.

“Apa Kakek ingin menawarkan aku makan atau sejumlah uang?”

“Oh, tidak. Kakek tidak akan menawarkan uang untukmu.” kata si Kakek.

“Berarti Kakek menawarkan ku makanan? Dan apa pilihan yang kedua?” tanya si Bawik.

“Benar. Pilihan pertama adalah makanan, dan pilihan kedua adalah ini.” Kakek tua itu mengeluarkan kertas berbentuk karcis. Kedua tangannya diulurkan ke arah Bawik dan memperlihatkan kedua tawarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun