Artinya, terjalin pola mekanisme hubungan yang saling menyeimbangkan antara satu anggota keluarga dengan anggota yang lain.
Pola mekanisme hubungan itu, dalam hidup berkeluarga, dikenal sebagai hubungan suami dan istri. Terminologi Jawa menawarkan pola hubungan "suami istri" yang melibatkan manusia dan lingkungan. Manusia adalah suami, tanah adalah istri. Pemerintah adalah suami, rakyat adalah istri.
Sayangnya, industri kapitalisme membajak hubungan mesra "suami istri" itu menjadi pemerkosaan dan penindasan.
Menguatkan dan Memaafkan
Salah satu pondasi yang menopang hidup berkeluarga adalah kesanggupan saling menguatkan dan memaafkan. Pondasi nilai ini berlaku dalam konteks keluarga dalam skala kecil yang melibatkan ayah, ibu dan anak, serta konteks yang lebih luas: ikatan keluarga sebagai mekanisme alamiah yang melibatkan semua unsur kehidupan.
Membangun kehidupan komunal selalu dimulai dari lingkup keluarga. Apabila anggota keluarga gagal menerapkan prinsip saling menguatkan dan saling memaafkan, gagal pula kehidupan sosialnya.
Kasus bunuh diri yang dilakukan remaja, pembunuhan yang memakan korban balita, bermacam-macam tindak pelecehan dan kekerasan, korupsi yang mengganyang habis uang rakyat, hingga tragedi kemanusiaan yang memilukan---sesungguhnya disebabkan oleh kegagalan manusia menjaga pondasi nilai dalam hidup berkeluarga.
Untuk ruang lingkup yang lebih sempit, sekolah misalnya, melalui tulisan Dosa Pendidikan dan Kompetensi Dasar yang Terabaikan, saya mengajukan kehidupan yang well being. Hal itu tak lain adalah kehidupan yang saling menguatkan dan memaafkan di antara warga sekolah.
Sebelum berbicara ndakik-ndakik dan melambung tinggi, ada baiknya kita menatap kembali kehidupan keluarga kita. Sudahkan perilaku saling menguatkan dan memaafkan menjadi karakter utamanya?[]
Jagalan 11032020