Pemuda belia adalah Soekarno muda yang mulai saat itu teguh menjadikan peci seperti yang disebutnya sebagai lambang semangat Indonesia merdeka.
Itulah sekelumit sejarah kebangsaan peci yang sampai hari ini menjadi simbol kebangsaan khas Indonesia. Tidak berlebihan kiranya George Quinn dalam The Learner’s Dictionary of Today’s Indonesia, mendefinisikan cap (peci) dengan mengambil contoh Soekarno. Peci dan Indonesia merdeka merupakan semangat independensi yang digelorakan Soekarno. Peci menjadi milik bukan kaum santri saja—tetap milik bangsa Indonesia.
Dalam sebuah kopiah yang menutupi kepala terdapat getar semangat merdeka dan gelora independen. Bukan sekadar merdeka dalam arti harfiah bebas dari penjajahan, melainkan merdeka dalam sikap independen membangkitkan kembali harga diri bangsa, independen menentukan identitas budaya, independen menggagas visi cita-cita kebangsaan dan kenegaraan, independen mewujudkan hidup yang adil dan makmur.
Independensi yang tidak harus diartikan menolak pengaruh dan kerja sama dari luar karena itu mustahil dijalani di tengah kehidupan internasional. Gelora independensi peci adalah keberanian dan kesungguhan mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara tanpa harus kehilangan identitas dan harga diri kebangsaan.Â
Peci adalah simbol ekspresi independensi kebangsaan: kita harus menegakkan kepala, mata memandang cakrawala cita-cita bangsa, memiliki harga diri di tengah bangsa-bangsa lain di dunia.
Peci—bukan hanya milik dan menjadi simbol kemusliman seseorang. Ia dimiliki oleh setiap lelaki Indonesia yang di dadanya bergelora semangat merdeka dan sikap independen dalam hidup berbangsa dan bernegara.Â
Namun, satu hal yang sungguh belum saya pahami sepenuhnya. Apa itu? Ketika peci dipakai oleh seorang koruptor yang tampil di depan publik. []
Jagalan 190816