Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Museum Penerangan dan Sejarah Film yang Tak Bisa Dipisahkan

2 April 2022   23:20 Diperbarui: 2 April 2022   23:30 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diorama film Darah & Doa di lantai 2 Museum Penerangan (dokpri)

        Sebagai bagian dari #SobatMuseum, penulis sudah 3x berkunjung ke Museum Penerangan yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Kunjungan pertama saat meet up bersama komunitas blogger dan BKKBN untuk event Cinta Terencana. Kunjungan kedua ketika ada netizen gathering "Beda Generasi, Beda Komunikasi" yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (KomInfo). Kesempatan ketiga tentu hadir jelang Hari Film Nasional 2022 lalu sebagai bentuk kolaborasi museum dan komunitas film Kompasiana, KOMiK.

       Muspeners (sebutan bagi mereka yang sering berkunjung ke sana) tentu peka karena setiap berkunjung ke Museum Penerangan bakal ada pengetahuan baru yang diterima. Tak hanya sekadar melihat koleksi benda-benda sejarah tentang dunia penyiaran belaka. Pengunjung juga bisa menengok seperti apa perjalanan industri perfilman dari masa ke masa. Museum ini sangat relate dengan penulis secara personal sebab aku bagian dari lulusan ilmu komunikasi yang pernah belajar sejarah ilmu komunikasi. Aku pun lebih mudah memahami dan mengulang kembali seperti apa perkembangan pers dan grafika, radio, televisi, sampai film.

       Setelah registrasi ulang dan mendengar sambutan dari perwakilan MusPen maupun KOMiK, acara diawali tur keliling lantai 1 museum. Para peserta bisa memperkaya informasi seputar penyiaran dan perfilman sebab saat melihat koleksi museum ditemani tour guide, Deyan M. Aji. Banyak spot-spot menarik dalam Museum yang bisa dijadikan latar foto. Penulis paling senang saat melihat studio TVRI pada masanya. Spot ini membuat penulis ingin bekerja di stasiun televisi milik Pemerintah tersebut.

Penulis saat berada di Studio TVRI, Museum Penerangan (dokpri)
Penulis saat berada di Studio TVRI, Museum Penerangan (dokpri)

          Lebih seru lagi, saat penulis melihat 3 koleksi dari Usmar Ismail yang dipajang di Museum Penerangan sejak tahun lalu. Ada proyektor film 35 mm merek Century setinggi 2 m untuk preview film karya Perusahaan Film Nasional Indonesia (PERFINI) pada masanya. Tampak juga jas berwarna biru dan patung H. Usmar Ismail lengkap dengan latar cerita sejarah yang dilaluinya. Sampai ada kamera film merek clair Cameflex yang digunakan dalam pembuatan Film Darah & Doa. Sungguh artefak bersejarah yang memorable.

Patung Pahlawan Nasional, H. Usmar Ismail (muspen.kominfo.go.id)
Patung Pahlawan Nasional, H. Usmar Ismail (muspen.kominfo.go.id)

Koleksi artefak Usmar Ismail di Museum Penerangan (dokpri)
Koleksi artefak Usmar Ismail di Museum Penerangan (dokpri)

Kamera film
Kamera film "Darah & Doa" di MusPen (dokpri)

          Puas mengitari museum, acara berlanjut dengan pemutaran film karya Usmar Ismail "Darah & Doa" di MusPen Mini Theater. Film yang diproduksi tahun 1950 ini dipilih karena menjadi film Indonesia pertama yang diproduksi perusahaan film Indonesia dan disutradarai orang asli Indonesia, H. Usmar Ismail. Hari pertama syuting filmnya pun diperingati sebagai Hari Film Nasional.

          Pada intinya, Film Darah & Doa hasil restorasi masih relevan diputar saat ini. Film menceritakan aksi long march pasukan Divisi Siliwangi dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Dari aksi perjuangan ini, terselip kisah asmara yang membuat perpecahan menjadi makin membara. Tersirat dendam yang bisa dimaknai bahwa dalam setiap pengorbanan ada darah yang harus keluar dan doa yang harus terucap.

Film hitam putih dengan latar cerita perang melawan bangsa sendiri (dokpri)
Film hitam putih dengan latar cerita perang melawan bangsa sendiri (dokpri)

          Nonton bareng selama 150 menit begitu tak terasa hingga perut mulai berbunyi. Semua peserta beranjak ke lantai 2 Museum Penerangan untuk menikmati makan siang dari Dapur Solo. Begitu perut kenyang, para peserta tur bergegas ke musala untuk ibadah salat zuhur.

Menu makan siang dari Dapur Solo (dokpri)
Menu makan siang dari Dapur Solo (dokpri)

          Sekitar pukul 13:30 WIB, acara masih berlanjut. Sesi diskusi interaktif dengan konsep komunikasi dua arah terbilang seru. Topik yang diperbincangkan menarik seputar buku "Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema" serta mengenal lebih dekat sosok pahlawan nasional dalam bidang Perfilman. Betapa bangga saat aku bisa bincang santai dengan perwakilan keluarga almarhum dari H. Usmar Ismail. Tampak Nuredin Ismail (anak), Nadia Radinka (cucu), dan Badai Saelan (cucu). Mereka menyapa semua yang hadir dengan hangat.

          Dari bincang santai yang lanjut dengan sesi tanya jawab, para KOMiKer mengusulkan supaya lebih banyak film-film Usmar Ismail yang direstorasi dan bisa dinikmati lintas generasi. Semoga saja ada sineas yang juga mau membuat film tentang sosok pejuang perfilman Indonesia ini. Nyatanya, semua terbukti bahwa film bisa menjadi catatan sejarah dalam bingkai sinema yang hadir sejak puluhan tahun silam.

Foto bersama dalam perayaan Hari Film Nasional ke-72 (dok. KOMiK)
Foto bersama dalam perayaan Hari Film Nasional ke-72 (dok. KOMiK)

          Terima kasih Museum Penerangan, Usmar Ismail Cinema Society, dan KOMiK. Ada inspirasi dan insight baru yang berfaedah dalam momen yang terjadi akhir pekan lalu. Nyatanya, Museum Penerangan bisa jadi tempat nyaman untuk kolaborasi dengan konsep entertaining while educating. Penulis jadi makin terkoneksi dengan ekosistem perfilman dan punya mutual baru sehingga bisa memberi dampak lebih baik akan kegiatan-kegiatan positif ke depan. Well, Museum Penerangan dan sejarah perfilman memang jadi sesuatu yang tak bisa dipisahkan dari waktu ke waktu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun