Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Museum Penerangan dan Sejarah Film yang Tak Bisa Dipisahkan

2 April 2022   23:20 Diperbarui: 2 April 2022   23:30 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diorama film Darah & Doa di lantai 2 Museum Penerangan (dokpri)

Kamera film
Kamera film "Darah & Doa" di MusPen (dokpri)

          Puas mengitari museum, acara berlanjut dengan pemutaran film karya Usmar Ismail "Darah & Doa" di MusPen Mini Theater. Film yang diproduksi tahun 1950 ini dipilih karena menjadi film Indonesia pertama yang diproduksi perusahaan film Indonesia dan disutradarai orang asli Indonesia, H. Usmar Ismail. Hari pertama syuting filmnya pun diperingati sebagai Hari Film Nasional.

          Pada intinya, Film Darah & Doa hasil restorasi masih relevan diputar saat ini. Film menceritakan aksi long march pasukan Divisi Siliwangi dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Dari aksi perjuangan ini, terselip kisah asmara yang membuat perpecahan menjadi makin membara. Tersirat dendam yang bisa dimaknai bahwa dalam setiap pengorbanan ada darah yang harus keluar dan doa yang harus terucap.

Film hitam putih dengan latar cerita perang melawan bangsa sendiri (dokpri)
Film hitam putih dengan latar cerita perang melawan bangsa sendiri (dokpri)

          Nonton bareng selama 150 menit begitu tak terasa hingga perut mulai berbunyi. Semua peserta beranjak ke lantai 2 Museum Penerangan untuk menikmati makan siang dari Dapur Solo. Begitu perut kenyang, para peserta tur bergegas ke musala untuk ibadah salat zuhur.

Menu makan siang dari Dapur Solo (dokpri)
Menu makan siang dari Dapur Solo (dokpri)

          Sekitar pukul 13:30 WIB, acara masih berlanjut. Sesi diskusi interaktif dengan konsep komunikasi dua arah terbilang seru. Topik yang diperbincangkan menarik seputar buku "Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema" serta mengenal lebih dekat sosok pahlawan nasional dalam bidang Perfilman. Betapa bangga saat aku bisa bincang santai dengan perwakilan keluarga almarhum dari H. Usmar Ismail. Tampak Nuredin Ismail (anak), Nadia Radinka (cucu), dan Badai Saelan (cucu). Mereka menyapa semua yang hadir dengan hangat.

          Dari bincang santai yang lanjut dengan sesi tanya jawab, para KOMiKer mengusulkan supaya lebih banyak film-film Usmar Ismail yang direstorasi dan bisa dinikmati lintas generasi. Semoga saja ada sineas yang juga mau membuat film tentang sosok pejuang perfilman Indonesia ini. Nyatanya, semua terbukti bahwa film bisa menjadi catatan sejarah dalam bingkai sinema yang hadir sejak puluhan tahun silam.

Foto bersama dalam perayaan Hari Film Nasional ke-72 (dok. KOMiK)
Foto bersama dalam perayaan Hari Film Nasional ke-72 (dok. KOMiK)

          Terima kasih Museum Penerangan, Usmar Ismail Cinema Society, dan KOMiK. Ada inspirasi dan insight baru yang berfaedah dalam momen yang terjadi akhir pekan lalu. Nyatanya, Museum Penerangan bisa jadi tempat nyaman untuk kolaborasi dengan konsep entertaining while educating. Penulis jadi makin terkoneksi dengan ekosistem perfilman dan punya mutual baru sehingga bisa memberi dampak lebih baik akan kegiatan-kegiatan positif ke depan. Well, Museum Penerangan dan sejarah perfilman memang jadi sesuatu yang tak bisa dipisahkan dari waktu ke waktu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun