Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fakta di Balik Cerita Sesat Majapahit

2 Juli 2019   00:22 Diperbarui: 3 Juli 2019   23:17 9443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Araska Publisher

Banyak asumsi dari sebagian sejarawan bahwa Majapahit melalui spirit Sumpah Palapa Gajah Mada telah berhasil menguasai nusantara. Pendapat yang bersumber dari Serat Pararaton tersebut dikuatkan oleh Muhamad Yamin dalam bukunya Gajah Mada, Pahlawan Persatuan Nusantara.

Di dalam buku tersebut, Muhammad Yamin yang menggambarkan sosok Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada melampirkan secarik peta wilayah Majapahit yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Timor sampai ke Talaud dengan judul "Daerah Nusantara dalam Keradjaan Madjapahit".

Pendapat Muhammad Yamin perihal Majapahit yang berhasil menguasai wilayah-wilayah nusantara meliputi Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Papua, Nusa Tenggara, dan lain-lain berkat Sumpah Palapa Gajah Mada tersebut tidak sejalan dengan pendapat Hasan Djafar. Seorang arkeolog, ahli epigrafi, dan sejarah kuna yang bekerja di Museum Nasional.

Menurut Hasan, meski Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terbesar, namun tidak pernah menguasai nusantara. Hasan mengungkapkan dalam etimologi "menguasai" mengandung kesan seolah-olah ada daerah atau wilayah taklukan serta upeti yang disetorkan dari penguasa daerah kepada Raja Majapahit.

Wilayah kekuasaan Majapahit pada masa kejayaannya, menurut Hasan, sekadar menunjukkan hubungan Majapahit dengan daerah-daerah sekitarnya yang bersifat "mitra satata" (sahabat setara) atau mitra dalam kedudukan sama tinggi.

Dalam hal ini, Majapahit dengan pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai utara Jawa, seperti Lasem, Tuban, Gresik, dan Jepara menyediakan tempat bagi berkumpulnya para pedagang seantero nusantara.

Hasan menyebutkan bahwa "nusa" bermakna "pulau" atau "daerah", sementara "antara" bermakna "yang lain". Dengan demikian, nusantara pada masa Majapahit diartikan sebagai "daerah-daerah yang lain". Karena secara faktual berada di luar wilayah Majapahit.

Lantas daerah-daerah lain itu mana saja? Menurut Hasan, daerah-daerah lain tersebut misal Sumatera, Kalimantan, Cina, Arab, dll. Artinya konsep nusantara merupakan koalisi antara kerajaan-kerajaan yang turut bekerja untuk kepentingan bersama dalam keamanan dan perdagangan regional. Sifatnya pun bukan menguasai, sehingga pemberian hadiah tidak bisa dimaknai sebagai upeti.

Sebagai kerajaan adikuasa paska Sriwijaya, Majapahit memang berkepentingan dengan wilayah kerajaan-kerajaan tersebut sebagai daerah tujuan pemasaran dan penghasil sumber daya alam dalam perdagangan.

Namun, hubungannya tidak antara penguasa dan yang dikuasai secara politis. Justru yang tercipta adalah hubungan kerjasama setara, sehingga Majapahit juga berkepentingan untuk mengamankan dan melindungi wilayah-wilayah tersebut.

Kesalahpahaman perihal Majapahit menguasai seluruh nusantara, menurut Hasan, disebabkan para founding fathers Indonesia, terutama Muhammad Yamin, sedang mencari formula untuk menciptakan satu kesatuan Indonesia. Maklum, pada saat itu Indonesia masih terkotak-kotak dalam semangat kesukuan dengan adanya Jong Java, Jong Celebes, dan Jong Sumatera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun