Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepenyairan Ummi, dari Kompasiana hingga Media Cetak

4 April 2018   01:41 Diperbarui: 4 April 2018   02:19 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DALAM dinamika kehidupan perpuisian di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan media elektronik dan media cetak. Melalui kedua media tersebut, para kreator puisi memublikasikan karya-karyanya. Sehingga karya-karya mereka yang disiarkan melalui radio yang sempat eksis paa tahun 80-an dapat didengar publik. Begitu juga, karya-karya mereka yang dimuat di media cetak (koran, majalah, tabloid, jurnal, buku) dapat dibaca publik.

Sesudah radio tidak lagi menyiarkan acara baca puisi; koran, majalah, tabloid, jurnal, atau buku merupakan media untuk memublikasikan puisi. Karena ketatnya kompetisi untuk memublikasikan puisi di media cetak,  banyak kreator puisi mundur teratur sebelum mendapat legitimasi sebagai penyair. Sementara mereka yang memiliki mental baja dan karya-karya berkualitas berhasil menembus media cetak. Hingga karya-karya mereka dikenal publik dan eksistensi kepenyairannya pun diakui.

(koleksi pribadi)
(koleksi pribadi)
Perkembangan selanjutnya, para kreator puisi yang merasa kalah berkompetisi di dalam memublikasikan karya-karyanya di media cetak mulai melirik internet sebagai media alternatif. Melalui Facebook atau blog semisal Kompasiana, mereka memublikasikan karya-karyanya tanpa melalui seleksi redaksi. Mereka cukup bahagia ketika karya-karyanya dibaca publik sekalipun tidak mendapat honorarium sebagaimana para penyair media cetak.

(koleksi pribadi)
(koleksi pribadi)
Kehadiran internet sangat mendukung di dalam upaya menyemarakkan penciptaan puisi dan mengembangkan dunia sastra di Indonesia. Terbukti banyak kreator puisi yang berangkat dari internet berhasil memublikasikan karya-karyanya di media cetak. Tentu saja, karya-karya tersebut layak dipublikasikan sesudah penyairnya senantiasa belajar untuk menciptakan karya-karya berstandar kualitatif.

Salah seorang kreator puisi yang karya-karyanya berhasil tembus media cetak sesudah rajin memublikasikan melalui internet adalah Ummi Azzura Wijana. Seorang penyair kelahiran Semanu (Gunungkidul) yang karya-karyanya pernah menghiasi rubrik puisi di harian Kedaulatan Rakyat, mingguan Minggu Pagi, majalah Sabana, harian Menoreh, dan lain-lain.

Selain media cetak, Ummi memublikasikan karya-karyanya ke dalam antologi puisi kolektif. Berkat spiritnya yang berkobar, Ummi membacakan karya-karyanya di berbagai kota, khusunya di Yogyakarta.  

Dari Tema Cinta hingga Cerita Rakyat

MENURUT hemat penulis, Ummi Azzura Wijana yang semula menggunakan nama pena Umi Azzurasantika mulai mencipta puisi sejak 2013. Pada awal proses kreatifnya, karya-karya Ummi yang cenderung bertema cinta dan religi masih terkesan lugas, transparan, profan, dan belum berhasil menggapi nuansa romantiknya. Unsur-unsur pesajakan di dalam setiap karyanya juga masih terasa dipaksakan.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Pada awal 2015, Ummi mulai menggarap puisi-puisi bertema kritik sosial. Karena perbekalan pengetahuan di bidang penciptaan puisi belum mencukupi, karya-karya tersebut terkesan sloganis dan sangat profan. Sehingga gagasan yang disampaikan ke dalam karya-karyanya terkesan eksplisit (transparan) dan demonstratif.

Pertengahan 2015, Ummi yang mulai intens bergaul dengan para penyair senior Yogyakarta semakin memahami tentang puisi berstandar kualitatif. Hingga lahirlah beberapa karya Ummi yang merefleksikan pekermbangan proses kreatifnya. Menurut penulis, salah satu karya Ummi yang cukup berhasil yakni puisi bertajuk Menoreh Selepas Subuh. Puisi yang sarat dengan diksi-diksi memikat, majas, metafora, simbol, dan kekuatan imajiansinya tersebut dikutip sebagai berikut:

Puisi Ummi Azzura Wijana (dok. pribadi).
Puisi Ummi Azzura Wijana (dok. pribadi).
Seirama waktu yang terus  merangkak namun tidak terdengar detaknya, proses kreatif Ummi mengalami suatu perkembangan signifikan. Pada awal 2018, Ummi tidak hanya mencipta puisi-puisi bertema cinta, religi, dan kritik sosial; namun pula merambah pada tema cerita rakyat dan wayang. Salah satu karyanya yang menarik untuk dicermati yakni puisi bertajuk Elegi Rara Mendut. Karya yang mendapat sentuhan diskonstruksi dan pemaknaan baru atas cerita rakyat Rara Mendut dan Pranacrita tersebut dikutip sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun