Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Centhini Gugat (Bag. 4): "Prahara di Kasunanan Giri"

22 Maret 2018   19:28 Diperbarui: 22 Maret 2018   19:37 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Benar, Paduka."

"Kenapa tangannya terikat dengan tambang? Bukan lawe putih?"

"Ia tak mau menyerahkan diri pada Paduka Sultan. Baginya lebih baik mati ketimbang tunduk pada Mataram."

"Benarkah demikian, Giri Parapen?"

"Pertanyaanmu telah mengandung jawabannya, Sultan Agung."

"Baiklah!" Wajah Sultan Agung serupa lempengan tembaga terbakar. "Prajurit! Masukkan Parapen ke dalam penjara!"

"Perintah Paduka, hamba laksanakan."

Dengan wajah yang masih terbakar api amarah, Sultan Agung mengarahkan pandangan matanya pada Sunan Giri Parapen yang diseret kedua prajurit keluar dari sitihinggil untuk dimasukkan ke dalam penjara. Tak lama kemudian, pandangannya diarahkan pada Tumenggung Alap Alap. "Hei.... Kakang Alap Alap! Ada apa dengan pinggangmu yang terbalut kain dan berbecak darah kering itu?"

"Hamba terluka saat menandingi krida Giri Parapen, Paduka."

"Jadi kamu tak mampu menghadapinya?"

"Hamba masih mampu menghadapi Giri Parapen, Paduka. Namun sebelum hamba bergerak, Gusti Ayu Pandasari telah bergerak untuk menghadapinya. Puteri Paduka sendiri yang dapat menaklukkan Giri Parapen."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun