Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sepasang Pendekar Rajawali dan Pedang Cinta (Bag 1)

13 Maret 2018   18:22 Diperbarui: 13 Maret 2018   18:48 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ya, Ramane. Tapi...." Jureni mendadak cemas, sebelum tahu benar alasannya. "Memangnya ada apa dengan Gus Badra?"

"Simpan pertanyaanmu, Biyunge!" Jarana beranjak dari kursi. "Aku harus pergi malam ini."

"Kemana?"

"Tak perlu kamu tahu! Yang penting, kamu melaksanakan pesanku tadi. Menjaga Gus Badra dengan sebaik-baiknya."

"Ya sudah, Ramane. Jaga dirimu baik-baik!"

Jarana meninggalkan ruangan ndalem jero. Meninggalkan rumah Ki Ageng Karanglo. Berjalan setengah berlari menuju rumah Jagabaya. Hasrat hati, Jarana ingin meminta bantuan pada petugas keamanan Desa Karanglo. Turut menangkap dua lelaki asing di rumah Nyi Wisanti.

***

PURNAMA telah jauh oleng ke langit barat. Langit yang tak berawan masih serupa lautan bagi bintang-bintang. Bintang Panjer Rina sudah mulai tampak di langit timur dengan sinar terang berwarna kuning keemasan. Sementara derik jengkerik dan nyanyian ribuan serangga masih tertangkap gendang telinga.

Dari balik rumpun bambu petung di samping rumah Nyi Wisanti; Mahisa Bumi, Mahisa Geni, dan Mahisa Tirta masih memantau dua lelaki yang menginap di rumah janda itu. Ketiga murid Ki Ageng Karanglo yang terkenal sakti mandraguna itu saling berpandangan manakala menangkap suara cekikikan Nyi Wisanti dengan diselingi kata-kata jorok pembakar hasrat berahi.

"Benar-benar anjing!" Mahisa Bumi memaki-maki dengan nada setengah tertahan. "Tak hanya Nyi Wisanti, namun juga kedua lelaki itu sudah sama-sama gilanya. Bagaimana mereka bisa berkelakar soal kelamin dengan bebas. Apakah dunia yang sudah pikun ini hampir kiamat?"

"Kita dobrak saja pintu rumah perempuan brengsek itu!" Mahisa Geni berang. "Kita hajar kedua lelaki asing itu beramai-ramai!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun