Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pedoman Seni Bercerita untuk Anak-anak

21 Februari 2018   18:22 Diperbarui: 21 Februari 2018   18:28 1621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rizaputranto.wordpress.com

Ide cerita dianggap faktual, jika sesuai fakta. Biasanya ide tersebut muncul tidak terinspirasi dari kisah fiktif, dongeng, legenda, atau mitos; melainkan pengalaman pribadi, kisah perjalanan pribadi, riwayat hidup seorang tokoh, atau sejarah.

Fiktif

Ide cerita dianggap fiktif, jika bertentangan dengan fakta. Ide tersebut biasanya dimiliki seorang sastrawan dalam menciptakan karya novel, cerbung, cerpen, prosa lirik, atau puisi. Dengan demikian munculnya ide cerita yang bersifat fiktif dapat terinspirasi dari karya fiksi. Termasuk di dalamnya adalah dongeng, legenda, atau mitos.

Kreatif

Ide cerita bersifat kreatif, jika tidak mengekor pada ide cerita orang lain. Karenanya ide cerita yang bersifat kreatif identik dengan ide yang lahir dari hasil kreativitas anak-anak. Karenanya kemunculan ide tersebut dapat terinspirasi dari kisah nyata, kisah fiktif, atau murni dari karangan sendiri.

Catatan:

Terdapat suatu pernyataan bahwa ide cerita hanya bersumber dari 2 hal, yakni: cerita faktual dan cerita fiktif. Cerita faktual, antara lain: pengalaman hidup, kisah perjalanan hidup, riwayat hidup seorang tokoh, sejarah, iptek, dll. Cerita fiktif, antara lain: dongeng, mitos, legenda, atau karya fiksi.

Teknik

SENI Bercerita akan memiliki daya tarik hingga pesan dan kesan cerita tersebut sampai kepada audience, apabila anak-anak menguasai tekniknya. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam Seni Bercerita, sebagai berikut:

Vokal

Teknik vokal dalam Seni Bercerita merupakan faktor primer yang harus dikuasai anak-anak. Dengan menguasai teknik vokal, cerita yang dibawakan anak-anak akan terkesan lebih hidup dan tidak monoton. Beberapa hal yang dipelajari dalam teknik vokal meliputi:

  1. Artikulasi, pelafalan kata yang jelas.
  2. Stressing, penekanan pada kata yang dianggap penting.
  3. Intonasi, tinggi rendahnya nada suara.
  4. Dinamika, keras-lembutnya pelafalan kalimat.Tempo, cepat lambatnya pelafalan kalimat.
  5. Klimaks, pelafalan dari tempo pelan ke cepat atau dari volume lembut ke keras.
  6. Anti Klimaks, pelafalan dari tempo cepat ke pelan atau dari volume keras ke lembut.
  7. Jeda/Pause, diam sejenak di antara dua kata atau penggalan kalimat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun