Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pedoman Seni Bercerita untuk Anak-anak

21 Februari 2018   18:22 Diperbarui: 21 Februari 2018   18:28 1621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEBELUM dekade 80-an, tradisi bercerita secara lisan (cerita tutur) yang dilakukan orang tua pada anak-anaknya menjadi penghias waktu malam ambang tidur. Namun sejak televisi memasuki ruang keluarga dari setiap rumah penduduk, tradisi tersebut berangsur-angsur terkikis hingga tanpa meninggalkan bekas. Peran orang tua sebagai pencerita mulai diambil alih televisi. sebagaimana anak-anak, orang tua pun turut terninabobokan oleh kotak ajaib itu.

Melawan arus perkembangan teknologi yang menjadi faktor pengikis utama terhadap tradisi cerita tutur di lingkungan masyarakat sangat sulit dilakukan. Sungguhpun demikian, upaya untuk memerkenalkan kembali mengenai tradisi cerita tutur yang sarat nilai edukatif pada anak-anak perlu dilakukan. Mengingat cerita tutur dapat berperan sebagai salah satu media guna membangun mentalitas atau kepribadian anak-anak. Generasi yang akan menentukan maju-mundurnya suatu bangsa (negara) di masa mendatang.

Dalam upaya memerkenalkan tradisi cerita tutur di lingkungan anak-anak  sepantasnya melibatkan orang tua, guru, atau pihak-pihak yang peduli. Karena hanya melalui dukungan aktif dari mereka, tradisi tersebut dapat diharapkan bangkit dari tidur panjangnya.

Terdapat dua hal yang perlu dikenalkan pada anak-anak  agar mereka dapat bercerita dengan baik dan menarik di depan audience. Kedua hal yang berkaitan dan mendukung Seni Bercerita bagi anak-anak tersebut meliputi idedan teknik.

Ide

DALAM menjaga daya tarik Seni Bercerita, anak-anak perlu menjaga kualitas ide cerita. Dianggap berkualitas, bila ide cerita memiliki daya pikat bagi audience. Adapun ide cerita yang memiliki daya pikat, sebagai berikut:

Aktual

Ide cerita dianggap aktual, jika belum pernah dijadikan ide cerita oleh pencerita lain. Munculnya ide cerita yang aktual dapat terinspirasi dari pengalaman pribadi, kisah perjalanan pribadi, atau rahasia-rahasia alam (hidup) yang belum tersingkap.

Cerdas

Ide cerita diangga cerdas, jika memenuhi prinsip kelogisan. Dalam menjaga prinsip kelogisan suatu ide, anak-anak bisa mengubah ide cerita yang tidak logis menjadi logis. Sebagai misal: ide cerita yang terinspirasi dari kisah pembuatan Candi Sewu dalam waktu semalam oleh Bandung Bondowoso yang ditujukan sebagai persembahan cinta pada Lara Jonggrang dianggap tidak logis. Agar mendekati kelogisan, pembangunan Candi Sewu yang dilakukan Bandung Bondowoso dengan melibatkan pasukan jin.

Faktual

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun