Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Hutan Terlarang

2 Februari 2024   10:59 Diperbarui: 2 Februari 2024   21:19 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba tubuh Susan menggigil hebat entah karena udara dingin malam yang menusuk atau dikarenakan kecemasan yang ia rasakan semakin memuncak. Susan semakin merapatkan tubuhnya di tanah hutan yang lembap dengan air mata yang sesekali masih turun membasahi pipinya. 

Tanpa sengaja, telinga Susan samar-samar mendengar suara langkah kaki orang yang sedang berjalan mengendap-endap di dalam hutan yang sunyi dan sepi. Susan segera kembali duduk tegak dan memfokuskan indra pendengarannya untuk menangkap lebih jelas suara apa pun yang ada di tengah hutan belantara ini.

Susan akhirnya dapat memastikan, jika suara langkah kaki orang yang sedang mengendap-endap itu berasal dari balik pohon besar dan sepertinya sedang mengarah ke tempat Susan tengah beristirahat. 

Susan tidak punya pilihan lain kecuali kembali bergerak dengan perlahan supaya keberadaannya tidak diketahui oleh para pengejarnya. Susan mulai berdiri perlahan, lalu mengintip dari balik batang pohon tempatnya bersembunyi. 

Apa yang Susan lihat hanya berupa kegelapan pekat sejauh mata memandang. Akan tetapi, kali ini telinga Susan kembali mendengar suara langkah kaki orang yang sedang berjalan perlahan, dan suara itu sepertinya berasal dari arah sebelah kanan dari tempat Susan berdiri.

   Susan menduga dirinya sedang disudutkan agar lebih mudah untuk ditangkap. Namun, Susan bertekad tidak akan membiarkan dirinya tertangkap dan menghadapi nasib yang sudah pasti. Susan mulai berjalan dengan perlahan agar langkahnya tidak menimbulkan suara berisik di tengah kesunyian hutan belantara. 

Dalam gelapnya hutan belantara, ditambah kabut yang semakin tebal membuat Susan hanya bisa meraba-raba jalan yang dilaluinya. Susan dapat merasakan kehadiran sekelompok pria bertopeng yang memburunya berada tidak jauh dari tempatnya berjalan sekarang.

Karena didorong oleh rasa takut akan keberadaan dirinya diketahui oleh sekelompok pria betopeng yang mengejarnya. Susan akhirnya memutuskan untuk berlari secepat yang ia bisa lakukan tanpa mempedulikan lagi apa yang ada di depannya. Dengan sisa-sisa tenaga yang hampir habis, Susan mulai berlari menerobos gelapnya hutan belantara. 

Keputusan yang Susan ambil ini langsung membuat keberadaan dirinya diketahui dan dimulailah kembali pengejaran terhadap Susan. Ketika sedang berlari kencang, Susan tidak menyadari ada sebuah ranting pohon yang mencuat ke samping. Hingga akhirnya, bagian kiri perut Susan menabrak ranting pohon tersebut hingga patah. Kejadian ini langsung membuat tubuh Susan jatuh ke tanah yang disusul dengan jerit kesakitan.

Susan masih mengerang kesakitan sambil kedua tangannya meraba-raba bagian kiri perutnya. Dan alangkah terkejutnya, saat Susan mendapati ada sebuah patahan ranting pohon yang saat ini sedang menancap di perutnya. Susan berusaha bangkit untuk dapat berlari kembali, akan tetapi tubuhnya sudah tidak mampu lagi. Susan merasakan rasa sakit yang belum pernah ia rasakan setiap kali ia berusaha menggerakkan tubuhnya. 

Campuran dari kelelahan, ketakutan, dan luka di perutnya membuat Susan akhirnya muntah-muntah dan mengeluarkan seluruh isi perutnya di atas tanah hutan yang basah. Saat ini kondisi Susan sudah sangat memprihatinkan karena kehilangan banyak darah, ditambah lagi dengan hawa dingin hutan yang membuat tubuhnya sudah tidak mampu untuk bangkit kembali. Susan akhirnya hanya terkapar diam di atas tanah yang dingin dengan napas yang mulai putus-putus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun