Dalam pendidikan gaya bank, guru dan murid seperti dua kutub yang bertentangan. Guru aktif, murid pasif. Guru tahu, murid tidak tahu. Maka pendidikan hadap-masalah mengajak kita untuk membongkar kutub ini.
Guru harus bisa berperan sebagai fasilitator—bukan penguasa kelas. Ia menghidupkan diskusi, mendorong eksplorasi, dan memantik pertanyaan. Di saat yang sama, murid juga berperan sebagai subjek pembelajar. Mereka didorong untuk bertanya, mengkritik, dan menemukan makna dari materi yang mereka pelajari.
Dengan begitu, guru bisa belajar dari murid, dan murid bisa menjadi guru bagi teman-temannya. Dialog menjadi inti dari proses belajar, bukan ceramah satu arah.
2. Melihat Manusia sebagai Makhluk yang Sedang Menjadi
Pendidikan bukan hanya soal pengetahuan, tapi tentang keberadaan manusia. Freire mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk yang selalu berada dalam proses menjadi. Artinya, kita tidak pernah selesai belajar, berpikir, dan tumbuh.
Maka pendidikan hadap-masalah mengajak kita untuk menyambungkan pelajaran dengan realitas. Apa yang dipelajari harus relevan dengan kehidupan sehari-hari. Guru dan murid diajak melihat problem sosial, krisis kemanusiaan, ketimpangan lingkungan, dan menjadikannya bagian dari proses belajar.
Dengan pendekatan ini, pendidikan menjadi proses yang hidup. Murid tidak hanya menghafal teori, tapi juga merefleksikan dan menghidupi pengetahuan itu dalam tindakan nyata.
Menuju Pendidikan yang Membebaskan
Kita sedang hidup di tengah zaman di mana pendidikan sering kali dikomersialisasi, diukur hanya dengan nilai ujian, dan dijauhkan dari tujuan utamanya: membebaskan manusia dari kebodohan dan ketidakadilan.
Pendidikan gaya bank sudah saatnya ditinggalkan. Ia tidak relevan untuk mencetak generasi kritis yang siap menghadapi dunia yang kompleks. Kita butuh pendekatan baru yang membangun dialog, menghidupkan kesadaran, dan memberi ruang bagi murid untuk tumbuh secara utuh.
Menerapkan pendidikan hadap-masalah adalah langkah awal menuju pembebasan pendidikan. Sebuah jalan yang tidak mudah, tapi sangat mungkin jika semua pihak bersedia membuka diri untuk berubah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI