Mohon tunggu...
Achdian Hardini
Achdian Hardini Mohon Tunggu... mahasiswa -

Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Konsentrasi Ekonomi Moneter angkatan 2012. Fakultas Ekonomi Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Konsumerisme Kelas Menengah dan Tonggak Revolusi bagi Tanah Air

9 November 2016   06:14 Diperbarui: 9 November 2016   16:24 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: bisnis.liputan6.com

Perilaku konsumsi memang baik kaitannya dalam perekonomian untuk menunjang kegiatan ekonomi secara keseluruhan, namun jika perilaku konsumsi telah bergeser pada perilaku konsumtif atau konsumerisme, hal tersebut perlu untuk dipertimbangkan lebih lanjut. Logika konsumsi mereka tidak lagi untuk mencukupi kebutuhan, namun lebih kepada logika consume ergo sum, yang artinya “dengan belanja maka aku ada”. 

Perilaku konsumtif lebih menekankan upaya identifikasi diri bagi individu tertentu untuk mengonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan untuk mencapai kepuasan maksimal mereka, dalam hal ini hanya sebagai penunjang prestise yang bersangkutan. Sebab kuantitas dan kualitas produk yang mereka belanjakan akan menentukan di mana letak kelas sosial mereka. 

Harapannya dengan menunjukkan kelas sosial tersebut, pihak yang bersangkutan akan dengan mudah diterima dalam sosialisasi dan pergaulan dengan kaum elite. Tidak dapat dipungkiri bahwa hasrat konsumsi juga dipengaruhi oleh keinginan untuk bersosialisasi dengan kalangan yang mereka anggap setara dengan kelas sosialnya.

Sayangnya, peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia hanya sebatas fatamorgana statistik di atas kertas saja mengingat kesadaran akan posisi kelas mereka dikatakan nihil. Mereka tidak merasa sebagai kelas tengah dan sadar akan tanggung jawabnya terhadap kelas bawah. Bukankah untuk memulai suatu perubahan diawali dari bawah terlebih dahulu? Suatu bangunan pencakar langit yang kokoh sekalipun, bukankah diawali dari membentuk fondasi yang kuat terlebih dahulu? Sama halnya jika ingin memberikan perubahan terhadap negeri ini, seharusnya dimulai dari memperhatikan masyarakat kelas bawah dalam negeri. Namun, sayangnya masyarakat kelas tengah cenderung bersikap oportunis dan mencari titik aman. Masih minimnya kesadaran untuk bersikap menjadi motor revolusi dan demokratisasi dalam negeri.

Menyikapi hal tersebut, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa data statistik masyarakat kelas menengah itu hanya menjadi sasaran empuk bagi kelas atas. Mengapa? Sebab pertumbuhan kelas menengah yang signifikan akan meningkatkan daya beli dan jumlah uang yang dibelanjakan untuk produk-produk milik kelas atas. 

Berbagai brand produk, lifestyle, dan pusat perbelanjaan yang menawarkan hingar-bingar lengkap dengan prestise yang melekat erat di dalamnya, seolah berlomba-lomba untuk mengeruk keuntungan dari kelas menengah yang sedang haus akan pengakuan eksistensi mereka. Kondisi yang demikian rasanya mustahil untuk berharap genderang revolusi segera ditabuh. Akhir kata, masihkah peningkatan statistik masyarakat kelas menengah dalam negeri dapat dikatakan suatu keberkahan dan tonggak revolusi bagi Tanah Air?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun