Mohon tunggu...
Lutfi Ramdani
Lutfi Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Learner

Pembelajar Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kriminalisasi Fiksi dalam Konteks Politik

12 Februari 2019   14:20 Diperbarui: 12 Februari 2019   14:46 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu tibalah pada susunan silogisme "Jika fiksi adalah membangkitkan imajinasi, maka kitab suci adalag fiksi". Dalam paparannya, Rocky menyebut istilah telos dan eskatologi. 

Telos bermakna tujuan, sedangkan eskatologi bermakna studi tentang peristiwa atau kejadian ghaib yang belum terjadi seperti hari akhir atau kiamat. Maka ia berkesimpulan bahwa kitab suci ialah fiksi karena ia membangkitkan imajinasi, imajinasi tentang telos dan peristiwa peristiwa eskatologis yang belum selesai dan belum terjadi. 

Mungkin kita protes, dalam Al Quran, banyak pernyataan-pernyataan yang sudah terjadi dalam dunia nyata. Begitupula dalam kitab suci lain. Tapi, jika kita telisik lebih jauh lagi, istilah "kitab suci" yang diungkapkan Rocky digunakan dalam kerangka studi eskatologi dalam kajian filsafat agama yakni sesuatu yang belum selesai atau belum tiba, bukan dalam kerangka etis untuk menilai seluruh isi kitab suci. 

Memang, dalam membahas konsep "kitab suci" sekalipun dalam filsafat agama pasti harus merujuk pada kitab suci agama yang ada sebagai bahan kajian, tapi untuk menghindari delik pidana, Rocky secara sadar dan sengaja menghindari menyebut salah satu kitab suci yang ada. 

 Dalam kitab suci dijelaskan mengenai surga dan neraka yang jelas dalam kehidupan nyata belum terjadi. Tapi orang yang percaya pada kitab suci akan mempercayai kebenaran surga dan neraka tersebut sebagaimana ia percaya kitab sucinya sudah pasti benar. 

Inilah yang kemudian disebut oleh Rocky Sebagai "energi fiksi" yakni "membangkitkan imajinasi" yang dimiliki oleh kitab suci dan hal tersebut bermakna positif. Meskipun, orang beragama akan menyebutnya sebagai "iman" bukan "fiksi".

Jika kita sebagai pendengar tidak setuju dengan pendapatnya, batalkan saja "jika" dalam pernyataan Rocky tersebut. Itu sama halnya dengan pernyataan "Jika teori Charles Dawin tentang Evolusi itu benar, maka nenek moyang manusia adalah monyet". Jika kita tidak sepakat dengan Teori Evolusi Darwin tersebut, ada dua cara untuk menyikapinya. 

Pertama, batalkan saja kata "Jika" di awal pernyatan tersebut otomatis nenek moyang manusia bukanlah monyet maka persoalannya selesai. Kedua, bakar buku Teori Evolusi Darwin agar tidak dipelajari di sekolah dan kampus maka persoalanpun selesai. Kira kira, yang pertama atau yang kedua yang akan kita pilih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun