Mohon tunggu...
RZ Hakim
RZ Hakim Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyat biasa yang senang menulis. Kini tinggal di Kalisat, kabupaten Jember.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memaknai Kelulusan bersama Kawan-kawan Muda

4 Mei 2013   21:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:06 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13676687521241234745

Tadi sore rumah saya diramaikan oleh kawan-kawan muda usia SMA / SMK. Tidak seperti hari-hari biasanya, kali ini jauh lebih ramai. Mereka datang dari beberapa sekolah. Ada yang dari SMK Negeri 2 Jember, SMK Negeri 3 Jember, SMK Negeri 5 Jember, SMAN 1 Arjasa - Jember, SMAN 1 Kalisat - Jember, dan SMK Analis Gebang. Ada apa gerangan? Tidak ada apa-apa, hanya sekedar berkumpul, masak bersama, bikin kopi dan teh, kemudian ngobrol seputar dunia selepas SMA. Tidak semua dari mereka berhasrat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ada yang lebih memilih untuk bekerja. Dua diantaranya akan berangkat ke Malaysia, antara bulan Juni - Juli. "Semua persyaratan sudah lengkap Mas. Pasport, visa, dan lain-lain, semua sudah diurusi oleh pihak sekolah,"kata Annisa Rahmawati, seorang siswi dari SMK Negeri 5 Jember yang sudah menjalani UN dan tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Berbeda dengan Annisa Rahmawati, Kurnia Sandhy (siswa SMAN 1 Kalisat kelas 12) ingin melanjutkan kuliah. Pilihan pertamanya jatuh pada UGM Jogjakarta, dan pilihan berikutnya jatuh pada Universitas Jember. Bagaimana tanggapan mereka akan aksi corat-coret paska pengumuman kelulusan? Entahlah, mengenai pertanyaan ini, mereka menanggapi dengan pasif. Akhirnya kawan saya bernama Windi berinisiatif. Dia berbagi cerita tentang euforia kelulusan yang seperti itu di jamannya. "Saya adalah alumnus SMAN 1 Arjasa. Dulu, saya memiliki seorang guru kesenian yang kreatif. Beliau mengusulkan kepada pihak sekolah untuk membiarkan anak-anak kelas 3 (sekarang kelas 12) bercorat-coret ria, tapi tidak di baju seragamnya melainkan di tembok sisi kiri sekolah. Syukurlah, gagasan tersebut diluluskan oleh pihak pengambil kebijakan sekolah. Alhasil Pak guru kesenian saya sibuk mempersiapkan segala hal, mulai dari memberi warna dasar di tembok hingga mengajari para siswa kelas 3 untuk membuat dasar-dasar mural, garis, dan beberapa lagi. Indah sekali. Corat-coret bukan sebuah gambaran kenakalan jika dikemas secara baik. Lagipula, bajunya masih bisa dimanfaatkan, baik dikenakan sendiri (di hari-hari biasa) maupun dibagikan ke kawan yang lain yang lebih membutuhkan. Justru yang menjadi ancaman (merugikan) adalah aksi konvoi massalnya." Setelah Windi selesai berbagi kisah, gantian saya yang bercerita. Saya mengambil contoh-contoh kasus tentang sekolah-sekolah di satu kota yang memiliki ide kreatif dalam memaknai kelulusan. Saya contohkan tentang SMA Pahlawan Jember yang tahun lalu menciptakan seremonial kelulusan dengan cara siraman. Jadi begini, setiap siswa kelas 3 dikumpulkan di lapangan lalu dipanggil satu persatu. Mereka menjalani sesi siraman. Ada pengajar yang bertugas mengisi gayung dengan air lalu disiramkan ke siswa tersebut. Asyik, menarik, kreatif, dan tetap bisa memahat kenangan. Salut buat sekolah-sekolah yang memiliki gagasan inspiratif. Itulah secuil cerita ketika ngobrol bareng kawan-kawan muda usia SMA / SMK. Kami berbagi kisah dan sudut pandang seputar dunia perkuliahan nanti (dan esensi dari perkuliahan itu sendiri), potensi pekerjaan selepas SMA bagi yang tidak berminat meneruskan ke jenjang pendidikan selanjutnya, juga tentang bagaimana baiknya memaknai kelulusan. Sangat menyenangkan bisa sering-sering cangkruk'an sambil diskusi bareng kawan-kawan muda. Mereka begitu enerjik dan terlihat sangat menikmati hidup. Sejujurnya, sayalah yang sedang banyak belajar pada mereka tentang makna semangat hidup dan bagaimana cara menyegarkannya. Iya, semangat mereka terasa begitu menjalar, menular, membakar, lalu mengakar! Kemudian, sesi cangkruk'an disudahi dengan acara makan bersama. Setelahnya, satu persatu dari mereka mulai pamit undur diri. Ketika saya tanya, "Lho kok sudah mau pulang?" Mereka tersenyum lalu menjawab, "Mau malam mingguan dulu Mas." Oalah, sekarang malam minggu toh? Saya menggumamkan itu sambil refleks melirik istri tercinta. Terima kasih kawan-kawan, MERDEKA...!

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun