Harapan saya kedepan, atlet nasional itu lebih banyak melaksanakan training diluar negeri. Kemudian mengikuti juga try out atau uji coba diluar negeri. Nah, kalau sudah menjadi atlet nasional, maka atlet itu harus lebih banyak main atau bertanding diluar.
KP : Adakah kendalanya dilapangan saat memajukan olahraga tenis meja ini ?
OG : Nah, ini sekarang sudah mulai dibangun atau diselenggarakan dari tingkat kabupaten juga ada kejuaraan. Menurut saya, kejuaraan apapun di kabupaten silahkan dilaksanakan.
Yang penting para pengurus bisa melihat sampai sejauh mana prestasi atlet tenis meja.
Kemudian masuk lagi kejuaraan ketingkat provinsi. Dari provinsi kita lihat lagi melalui beberapa kejuaraan yang bersifat open/terbuka.
Dan Pro Liga atau Litmi (liga tenis meja Indonesia ) tingkat nasional juga harus disiapkan untuk menjaring atlet-atlet nasional, selain hasil-hasil kejuaraan yang bersifat open, sehingga Pengurus Pusat PTMSI dapat lebih banyak memantau atau menjaring atlet nasional se-Indonesia.
KP : Bagaimana antusias dari anak-anak remaja sekarang terhadap tenis meja ?
OG : Masih lebih banyaklah dari sebelumnya. Sistemnya, saya sekarang pembinaan atlet nasional itu 40-60. Artinya atlet senior itu 40 persen dan junior 60 persen, alasannya supaya ada kesinambungan atau regenerasi selanjutnya. Jangan sampai atlet senior mendominasi. Kalau demikian, kapan atlet junior punya kesempatan, kapan. Nah sekarang kita gabungkan.
KP : Untuk memotivasi atlet itu bersemangat, apakah anda turun langsung ke daerah-daerah ?
OG : Kalau itu kita serahkan pada pengurus didaerah masing-masing. Kita juga di Klaten hadir memberikan motivasi dan semangat bahwa kita perhatian. Kalau kita hanya duduk atau beraktifitas di Jakarta, buat apa.
KP : Bagaimana untuk memotivasi pengurus daerah ?