Mohon tunggu...
Jong Celebes
Jong Celebes Mohon Tunggu... Administrasi - pengajar

"Tidak ada kedamaian tanpa Keadilan"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rejeki, Jodoh, dan Nasib di Tangan Siapa?

28 Juni 2020   16:35 Diperbarui: 28 Juni 2020   16:47 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berbagai keyakinan di dunia. foto dokpri

Urusan rejeki, jodoh dan nasib  masih menjadi perdebatan sampai sekarang tentang siapa yang berperan mengatur dan menentukan. Ada yang bilang itu semua mutlak urusan Tuhan tetapi tidak sedikit juga yang bilang itu total urusan manusia.

Bagi golongan pertama, mereka memiliki dalil tersendiri yang membuatnya mengambil sikap wait and see atawa pasrah apa adanya (se-dikasihnya). Kenapa? Karena mereka menganggap jodoh, rejeki akan datang dengan sendirinya sebab, "Itu kan urusan Tuhan"? kilahnya.

Lalu, lain halnya dengan mereka yang tidak percaya ungkapan di atas. Mereka akan bersikap over confidence, ambisius bahkan cenderung angkuh seolah-olah semua keberhasilan ditentukan oleh kerja kerasnya semata tanpa campur tangan Tuhan."Itu kan urusan manusia? Dalih mereka.

Nah, keduanya kelompok manusia ini masing-masing bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing.

Jika melihat sejarah, sebenarnya pemahaman mereka memiliki akar sejarah yang kuat dimana telah terjadi pertarungan dua konsep pemikiran sejak dahulu hingga sekarang. Pemahaman itu dikenal dengan isitilah faham Qadariyah dan Jabariyah.

Faham Qadariyah secara bahasa berasal dari bahasa arab qadara yang artinya adalah kemampuan atau kekuatan sedankan secara istilah adalah satu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan, artinya tanpa campur tangan Tuhan.  Pemahaman ini muncul pada pertengahan abad ke-1 Hijriah di Basrah, Irak.

Kelompok ini memiliki pemahaman tidak mempercayai takdir yaitu bahwa perbuatan makhluk berada di luar kehendak Allah dan juga bukan ciptaan Allah.

manusia berkehendak bebas menentukan perbuatannya bahkan nasibnya sendiri dan makhluk yang menciptakan amal dan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan dari Allah. Salah satu dalil yang digunakan adalah QS. Fushshilat ayat 40 yang artinya: "Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Allah mengetahui apayang kamu kerjakan".

Dan Q.S Yunus ayat 108 yang artinya: "Katakanlah, wahai manusia! Telah datang kebenaran dari Tuhanmu. Sesungguhnya (kebenaran itu) untuk dirinya sendii dan barang siapa sesat maka ia menyesatkan dirinyasendiri dan Aku bukanlah pengatur urusanmu".

Sedangkan, faham Jabariyah justru sebaliknya, Kata Jabariyah berasal dari kata arab "Jabara" atau "Ijbar" yang artinya paksa, terpaksa, dan memaksa. Bisa juga dimaknai sebagai alzama hu bi fi'lih yaitu berkewajiban atau terpaksa dalam pekerjaannya.

Manusia terpaksa melakukan perbuatan yang sudah dikehendaki dan ditetapkan Tuhan dan tidak mempunyai kemampuan dan kebebasan untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan suatu perbuatan. Dalam filsafat Barat aliran ini dinamakan Fatalisme atau Predestination.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun