Tahap kedua ini adalah fase reality check yang menyakitkan. Kita sudah mencoba, lalu sadar ternyata kita belum bisa. Inilah momen yang bikin banyak orang merasa bodoh dan akhirnya menyerah.
Saya ingat jelas waktu pertama kali belajar coding Python. Tutorial kelihatan gampang, tapi pas nulis kode sendiri malah error terus. Rasanya frustrasi. Tapi justru di sinilah letak titik balik: kita mulai tahu apa yang tidak kita tahu.
Fase ini penting karena membuka jalan untuk belajar yang lebih serius. Kesadaran akan keterbatasan membuat kita rendah hati. Kita mulai rajin bertanya, mencari referensi, dan membuka diri terhadap kritik. Jadi meskipun terasa pahit, tahap ini sebenarnya sebuah pencapaian.
Conscious Competence (Bisa dan Sadar Bisa)
Tahap ketiga adalah saat kita sudah bisa, tapi masih harus berpikir keras. Setiap langkah dilakukan dengan hati-hati.
Contohnya, ketika sudah bisa coding dasar, saya tetap harus bolak-balik googling syntax, ngecek dokumentasi, atau nanya forum. Hasilnya lumayan, tapi butuh fokus penuh. Kalau tidak, error lagi.
Di tahap ini, belajar terasa rewarding. Ada kepuasan tersendiri karena usaha keras mulai membuahkan hasil. Bahkan, kita sudah bisa mengajarkan orang lain, meskipun dengan cara step-by-step yang terstruktur. Kita tahu setiap langkah karena kita masih harus sadar dalam menjalaninya.
Unconscious Competence (Bisa Tapi Tidak Sadar Bisa)
Tahap terakhir adalah saat kita sudah menguasai skill sampai bisa melakukannya otomatis, tanpa mikir.
Saya pernah ngalamin ini saat ngetik. Dulu belajar mengetik butuh fokus penuh, tapi sekarang jari-jari seperti punya otak sendiri. Bahkan saya bisa ngetik sambil ngobrol tanpa sadar setiap huruf yang ditekan.
Di tahap ini, kemampuan terasa natural. Tapi ada sisi negatif: kadang jadi sulit mengajari orang lain. Karena prosesnya sudah otomatis, kita lupa bagaimana rasanya jadi pemula. Itulah sebabnya banyak ahli bilang, untuk jadi pengajar yang baik, kita perlu "turun level" lagi dan mengingat proses belajar itu sendiri.