Mohon tunggu...
Hanif Ahmad
Hanif Ahmad Mohon Tunggu... Koki - Bekerja sebagai Head Pastry Chef

Shilaturahmi dengan menulis di RPHA Cianjur/Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memilih Pemimpin untuk Persatuan

24 Juni 2022   06:07 Diperbarui: 24 Juni 2022   06:17 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Pustaka Hanif Ahmad (foto hanif ahmad) 

  • Anah Lajnah :
    Abah 2 tahun lagi, bangsa kita memilih presiden dan wakil presiden? Apa saran Abah buat Anah sebagai pemilih ?

    Abah Nata :
    Pilihlah dengan doa yang ikhlas dan semangat positif ?

    Anah Lajnah :
    Maksud Anah pilih yang mana Abah ?

    Abah Nata :
    Yaa pilih yang Anah mau. Siapa pun yang sah secara aturan kenegaraan bisa dipilih. Jadi tidak ada masalah, adapun pilihan kita jadi pemenang atau kalah, tidak jadi soal. Karena salah satunya harus ada yang menang dan ada yang kalah

    Anah Lajnah :
    Jadi pilihannya sesuai yang Anah suka ya Abah ?

    Abah nata :
    Ya begitu, yang terpenting adalah hadirnya seorang pemimpin kalau sudah sah terpilih harus kita dukung dalam segala program yang baik. Karena sejatinya tujuan pemilihan ini adalah untuk persatuan. Bukan untuk perpecahan, permusuhan atau perselisihan.

    Anah Lajnah :
    Kok gitu doang Abah. Ngak ada heboh hebohnya ah. Kalau misalnya pemimpin yang menang itu berlaku zalim dan khianat, bagaimana Abah ?

    Abah Nata :
    Komunikasi dan informasi harus terus ada kemajuan sebagai sarana pendidikan politik berbangsa bernegara. Apalagi dihubungkan dengan nuansa beragama misalnya. Maka kedewasaan berkomunikasi dan informasi harus lebih kuat dalam semangat akhlak yang terbaik. Sehingga pemimpin yang kita hasilkan berasal dari sebuah proses yang dewasa. Tidak ada cela-mencela, tidak ada fitnah-memfitnah, tidak ada buruk sangka atau perselisihan. Berbeda bukan untuk saling menjelekan tetapi berbeda untuk saling memuji dan memberi semangat. Kalau proses yang kita lewati dengan berbagai sarana pendewasaan. Maka pemimpin yang menang akan kecil berlaku zalim atau khianat.

    Anah Lajnah :
    Kalau kenyataanya zalim dan khianat Abah ?

    Abah Nata :
    Pemimpin yang menang itu karena pilihan mayoritas. Dan keinginan mayoritas tidak mengharapkan kezaliman atau pun khianat. Jadi harus kita ingatkan serta koreksi jika salah dan tetap kita bantu dalam karya-karya pembangunan, yang setiap orang bisa andil bagian dalam pembangunan diri sendiri terlebih dahulu menuju kamajuan bersama sama.

    (Cerita Mang Nata dari RPHA)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun