Berawal dari komunikasi di antara teman-teman alumni Pramuka SMP di dalam grup media sosial (medsos), kenangan-kenangan selama kami menjalani kegiatan Pramuka semasa SMP bermunculan. Â Mulai dari kegiatan setiap hari Minggu, camping, lomba-lomba yang kami ikuti, keterampilan yang kami pelajari seperti sandi, morse, semaphore, sampai ke kisah-kisah perkenalan kami dengan rekan-rekan putri (baik yang satu sekolah maupun bukan) yang sebagian menjadi favorit kami masing-masing. Â Sesekali dilakukan dengan tebak-tebakan, komunikasi itu sedikit banyak membangun kembali kedekatan kami setelah lebih dari tiga puluh tahun kami berkumpul.
Kami juga teringat dengan para pembina yang telah mendidik kami. Sebagian sudah tidak ada, sebagian lagi sudah pensiun. Â Mereka kami rasakan telah ikut membentuk kepribadian, watak dan wawasan kami. Para pembina umumnya mampu berperan sebagai orang tua, kakak sekaligus teman kami.
Banteng Taruna, nama regu kami. Â Nama-nama regu Pramuka memang biasanya mengambil nama hewan, seperti Regu Kancil, Regu Beruang, Regu Harimau, Regu Garuda, dan lain-lain. Â Nama regu kami ini seingat saya dicetuskan oleh seorang salah seorang anggota senior kami, dua tahun di atas saya. Banteng adalah hewan sejenis sapi yang dikenal kuat dan mempunyai tanduk yang tajam untuk melukai bahkan membunuh mangsanya, atau untuk mendobrak sesuatu yang menghalangi jalannya (lihat gambar). Â Sedangkan Taruna adalah kata lain dari pemuda. Â
Jadi Banteng Taruna kira-kira berarti Banteng Muda. Â Seperti halnya nama bagi seseorang merupakan doa orang tua untuk anaknya, barangkali tidak salah bila nama Banteng Taruna bisa dikaitkan dengan harapan bahwa anggotanya kelak menjadi insan-insan yang cerdas, tangkas dan berani dalam mendobrak kondisi yang dinilai tidak sesuai dengan norma-norma kebenaran ataupun keadilan (semoga).
Seekor banteng muda berbadan tegap dan bertanduk tajam
Saat ini, setelah lebih dari 30 tahun kami berpisah, kami menjalani kehidupan masing-masing, di kota yang berbeda-beda, umumnya di sekitar Jakarta dan Bandung, ada pula yang di Pakanbaru. Profesi kami pun bermacam-macam, mulai dari konsultan IT, kontraktor, dokter, dokter gigi, pengajar, sampai seniman. Â
Dalam salah satu percakapan terungkap bahwa untuk sebagian dari kami profesi ini sepertinya berhubungan dengan minat dan kebiasaan sejak kecil, termasuk ketika kami menjalani kegiatan Pramuka. Â Yang senang dengan keterampilan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) ternyata menjadi seorang dokter, sedangkan yang senang melukis memang akhirnya menjadi seorang seniman sekaligus pendidik di bidang kesenian.Â
Dalam obrolan-obrolan sempat juga kami melontarkan harapan-harapan ke depan. Â Apakah ikatan ini sekadar menjaga hubungan baik (silaturahmi) di antara alumni Pramuka ini, atau bisa lebih jauh dari itu. Â Di antara kami ada yang mengusulkan agar cerita-cerita menarik seputar pengalaman ber-Pramuka dituliskan dan dijadikan sebuah buku, dan lebih jauh lagi mengangkatnya menjadi sebuah film, seperti Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Â Barangkali saja film yang kami buat nanti bisa menginspirasi dan memotivasi generasi muda untuk ber-Pramuka. Â Yah, segala sesuatu diawali dengan mimpi.
TT