"Ayat ini menjelaskan, Allah sedang memberi intruksi kepada nabi adam untuk tidak mendekati pohon. Padahal hakikat surga di perbolehkan melakukan segala sesuatu, dan karena manusia berfikir soal itu menjadi permasalahan baginya."
"Karena penjelasan itu, aku mau bertanya kepadamu."
"Apakah pohon itu salah, melanggar hakikat surga atau manusia yang berfikir tentang hakikat surga?"
(Mengeluh) "Umar, jangan buat aku berfikir keras terus"
"Intinya, hakikat surga itu tidak mutlak ya umar. Karena pohon itu tumbuh di pekarangan surga?"
(Tertawa), "Jangan terlalu di fikirkan sahabatku, semua yang aku kasih tahu hanya sebuah guyonan kosong bagiku dari topik yang tidak ada saat menikmati senja" diam tanpa kata, duduk tanpa suara, pandangan kosong masih sama.
5 menit berlalu, kami diam dari pikiran liar,
Tergesa-gesa karena memutuskan konflik yang lagi panas, umar membuat sahabatnya menjadi riuh piuh merintih pada pikiran itu.
"Umar, aku masih ambigu pada jawaban ini. Aku tahu hanya guyonan bagimu, tapi khazanah bagiku"
"Woke, minta kopimu dahulu, jika ingin mendengarkan sisa dari kisah itu" kesempatan dalam kesempitan, Seruput dengan tenang, melepas dahaga bagi tubuh yang sedikit dehidrasi.
"(Ahhhh). Aku tidak akan melanjutkan kisah ini sahabatku."