Ketika dalam perjalanan dari kota Mataram menuju Lombok Timur, tiba-tiba kawan dari Dinas PMD provinsi NTB berkata kepada supir yang membawa kami " nanti di Gapuk mampir beli bantal dulu" Kontan kami terheran-heran. Kami pikir kawan ini mau membeli bantal ganjal leher yang biasa digunakan dalam perjalanan.
Ketika sampai di daerah Gapuk kecamatan Suralaga, Lombok Timur, di sepanjang tepi jalan terlihat pedagang kue berjajar. Kue yang dijual terbungkus daun aren yang diikat  dengan tali dari bambu. Bentuknya menyerupai bantal, karena itu tak heran kalau disebutnya kue bantal. Ada sebutan lain juga yaitu topat raket atau ketupat ketan. Sedikit beda dengan lepet yang tanpa isi, kue bantal isinya pisang atau kacang merah. Demikian juga dengan kue bantal di daerah lain seperti Jakarta yang terbuat dari tepung terigu. Di Jawa Barat disebut odading.
Kue bantal merupakan salah satu jajanan khas di pulau Lombok. Terbuat dari beras ketan, kelapa muda yang diparut, daun aren atau janur, tali (biasanya dari batang bambu yang sudah disisir untuk tali), buah pisang atau kacang merah untuk isi.
Konon awalnya kue bantal hanya muncul saat  menjelang hari Raya Iful Fitri atau Idul Adha. Kebiasaan itu memang dilakukan oleh masyarakat desa Gapuk yang hanya dijual sekitar Desa Gapuk pada saat Ramadhan, menjelang Idul Fitri dan Idul Adha.
Seiring perkembangan jaman dan melihat minat dan permintaan pasar yang meningkat, kue ini kini banyak diproduksi. Banyak disukai wisatawan yang datang atau melintas di daerah ini lalu membeli kue bantal sebagai oleh-oleh.
Menilik kandungan zat gizinya tentu mengandung sumber energi dari beras ketan, dilengkapi protein nabati, vitamin dan mineral berasal dari  kacang merah atau pisang. Rasanya enak dan cukup untuk menambah energi di waktu pagi atau sebagai makanan selingan (snack), bekal dalam perjalanan. Ketika pulang sore hari kami pun singgah kembali membeli bantal ini, sekedar teman minum teh di hotel nanti. Tapi seperti umumnya perut Melayu biar sudah diganjal berbagai makanan sumber karbohidrat, kalau belum ketemu nasi, ya katanya belum makan juga.