Mohon tunggu...
Abraham Giatson
Abraham Giatson Mohon Tunggu... Bram

Penulis hasil dari pemikiran dan fiksi. Penulis ekspolarsi kesehatan mental, personal growth dan dan anak melalui cerita.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Klinik Jalan Resiporikal

12 September 2025   05:20 Diperbarui: 8 September 2025   06:21 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka melangkah masuk ke dalam klinik. Udara dingin dari pendingin ruangan langsung menyambut mereka, kontras dengan teriknya matahari di luar. Dinding-dindingnya dihiasi dengan warna-warna cerah dan aroma yang menenangkan, jauh dari kesan kaku sebuah rumah sakit. Di meja resepsionis, seorang wanita berpakaian serba putih tersenyum hangat menyambut mereka. Ia tidak mengenakan kacamata, dan kulitnya yang putih bersih bersinar di bawah cahaya lampu.

"Halo, selamat siang," sapa resepsionis itu, suaranya ramah. Ia meletakkan sebuah QR code di atas meja. "Silakan pindai ini untuk pendaftaran."

Melihat keramahan dan keramahan di wajah resepsionis, hati sang ibu yang semula dipenuhi kecemasan kini terasa lebih tenang. Kekhawatiran yang ia rasakan saat membaca ulasan-ulasan klinik perlahan-lahan menghilang. Ia yakin, ia telah membuat keputusan yang tepat. Sambil memindai QR code, ia mulai mengisi formulir pendaftaran, menuliskan nama dan informasi dasar putrinya.

Sementara sang ibu sibuk mendaftar, putrinya sibuk memindai sekeliling. Matanya berbinar, dipenuhi rasa penasaran yang polos. Ia melihat sebuah lukisan besar di dinding. Lukisan itu menggambarkan seorang gadis yang sedang duduk di padang rumput, memegang bunga putih. Lukisan itu tampak tua, dengan beberapa bagian catnya yang sudah memudar.

"Ibu, itu apa?" tanyanya, menunjuk ke arah lukisan itu.

Sang ibu mendongak, mengikuti arah pandangan putrinya. "Oh, itu seorang gadis yang sedang bermain dengan bunga," jawabnya singkat, lalu kembali mengisi formulir. Ia tersenyum, hatinya menghangat melihat rasa ingin tahu yang kembali muncul di mata putrinya.

Namun, belum sempat ia menyelesaikan formulirnya, putrinya kembali bertanya. Kini, ia menunjuk ke arah lukisan lain yang menggambarkan danau yang dikelilingi oleh pepohonan hijau dan gunung. Sebelum sang ibu sempat menoleh dan menjawab, seorang wanita lain menghampiri mereka. Wanita itu mengenakan pakaian yang serupa dengan resepsionis, dan senyumnya sama hangatnya.

"Hai, apa kabar?" sapa wanita itu, matanya tertuju pada sang anak. Ia mengamati wajah putrinya, memperhatikan setiap detail. Kemudian, ia menoleh ke arah sang ibu dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Di mata wanita itu, sang ibu melihat bukan hanya rasa ingin tahu, tetapi juga pemahaman. Ia tahu, wanita itu mengerti apa yang telah mereka lalui, dan ia merasa lebih tenang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun