Tempat itu sendiri aku belum pernah tahu. Untuk menuju ke sana kami harus naik mobil cukup jauh. Bayangkan, untuk apa pula kami jauh-jauh hanya untuk menyaksikan pembongkaran sebuah kuburan.
Â
Mayat, lebih tepatnya kain kafan kempis, itu selanjutnya dibawa dengan ambulans. Kami, aku, eyang, bibi dan abang, menuruti dari belakang. Sepanjang jalan, aku masih belum paham, bagaimana mungkin kuburan dibongkar. Bukan apa-apa, dulu, aku, anak-anak sezaman kami, selalu dicekoki cerita, atau bualan, bahwa orang yang sudah mati juga bisa marah.
Â
Waktu itu aku memang tak banyak tahu. Aku juga tak ingat banyak. Yang kuingat, di atas kuburan itu, tertulis: "Mrs X. Ditemukan tewas di Hotel ...."