Mohon tunggu...
Abdullah Tsalis Z. N.
Abdullah Tsalis Z. N. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berisi tulisan yang bisa saya tulis

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pencemaran Udara: Menelusuri Kualitas Udara di Jakarta dan Peran Kecil dalam Menghadapinya

12 Juli 2023   08:54 Diperbarui: 15 Juli 2023   12:10 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya bukan aktivis lingkungan dan ahli di bidang ini, tapi semakin ke sini isu lingkungan semakin menarik bagi saya, khususnya dalam pencemaran udara.

Pertama kali tinggal di Ciputat pada tahun 2021, saya merasa ada yang janggal dengan udara di malam hari. Terasa tidak segar, terutama di jalan raya Ciputat. Hal ini membuat saya curiga.

Ternyata benar, setelah saya mencari informasi di tahun 2021, ini terkait dengan kualitas udara yang buruk dan tidak sehat, terutama di wilayah Jakarta. Berawal dari situ, saya sering kepo terhadap isu lingkungan khususnya di pencemaran udara.

Satu tahun belakangan ini, saya sering memeriksa aplikasi Air Visual setiap pagi untuk melihat kondisi kualitas udara di Jakarta. Rata-rata hasil yang saya lihat menunjukkan bahwa skor United States Air Quality Index (US AQI) Jakarta berkisar antara 100-150. Hal ini menempatkan Jakarta sebagai salah satu dari lima kota dengan kualitas udara tidak sehat/buruk, bersama dengan Karachi di Pakistan, Mumbai di India, dan sebagainya. Bahkan tak jarang Jakarta berada di posisi pertama.

Hal ini Berbeda dengan beberapa kota di Eropa dan Australia, yang memiliki nilai di bawah 50 bahkan di bawah 5.

Screenshot di aplikasi Nafas
Screenshot di aplikasi Nafas
Semakin tinggi nilai Air Quality Index (AQI), semakin tinggi tingkat polusi udara dan risiko kesehatannya. AQI dihitung berdasarkan lima jenis polutan udara: ozon, partikel pencemar, karbon monoksida, belerang dioksida, dan nitrogen dioksida. AQI berfokus pada dampak kesehatan yang dapat dirasakan dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah udara tercemar. 

Berbalik dengan Jakarta yang memiliki record kualitas udara yang buruk, pada 21 Oktober 2021, Surabaya, mendapatkan penghargaan kategori kota besar dengan kualitas udara terbaik se-Asia Tenggara dalam acara "The 5 ASEAN Environmentally Sustainable City (ESC) Award and the 4 Certificate of Recognition" di Jakarta. 

Surabaya mengalahkan Jakarta, Kuala Lumpur, Singapura, dan kota lainnya. Awalnya, saya bingung mengapa Surabaya mendapatkan penghargaan tersebut. 

Padahal, menurut pendapat saya, Surabaya lebih panas daripada Jakarta, macet hampir seperti Jakarta, dan memiliki banyak pabrik. Ternyata, salah satu alasannya adalah banyaknya pohon dan tanaman di sepanjang jalan di Surabaya menjadikan udara di Surabaya bersih. Tentunya, masih ada banyak alasan lainnya.

Kualitas udara yang buruk tidak ditentukan oleh suhu panasnya suatu tempat, tetapi oleh banyaknya faktor seperti transportasi, pembakaran sampah plastik di pekarangan rumah, emisi asap dari pabrik dan lain-lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun