Mohon tunggu...
Abigail Josephina
Abigail Josephina Mohon Tunggu... Pelajar SMA Trinitas Bandung

Abigail Josephina, kelahiran Bandung 2008. Sebagai pelajar di SMA Trinitas Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gerobak Emas 'Lekker': Sebuah Rahasia Terlarang

7 Maret 2025   20:39 Diperbarui: 7 Maret 2025   21:17 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang surya berada di puncak waktu yang tertinggi dengan ditemani segumpal kapas di langit. Suara bel berbunyi dering seolah-olah bernyanyi yang menunjukkan waktu pelajaran telah selesai. Di saat yang lain melangkahkan kaki menuju tempat ternyamannya, diriku mengambil jalur yang berbeda, tempat tersebut adalah bimbel. Saat menginjak anak tangga, tiba-tiba terdengar suara familiar. Suara tersebut berasal dari teman terbaikku bernama Giselle. "Eh, kamu les lagi ya? Sibuk banget jadi orang!" ucap Giselle. "lya nih, hehehehe aku harus cepat-cepat pergi sel, nanti lanjut di chat aja ya, sampai jumpa!" balas aku dengan suara tergesa-gesa.

Brmm! brmm! Suara motor ayah terdengar dari luar. Tandanya aku harus pergi ke tempat bimbel. Partikel debu dan asap menyelimuti sekitarku. Dengan kecepatan maksimal ayahku menyelinap semua kendaraan tanpa masalah. Tanpa waktu yang panjang, diriku telah berada di tempat bimbel. Aku menurunkan kakiku dari perjalanan tercepat. Aduh... akhirnya sampai juga, gumamku sambil menarik kedua tanganku.

Saat melangkahkan kaki menuju ruang bimbel, suara mesin lekker dari gerobak mencuri perhatianku. Namun karena dihalang waktu, aku tergesa-gesa untuk menaruh barangku. Halo! Yuk kita mulai karena semua telah berkumpul, ucap guru lesku. Sembari guruku menjelaskan materi dari sekolah, Kedua indra melihatku mencoba untuk fokus memperhatikan. Suara spidol dari papan tulis terdengar sampai telingaku. Aku mengeluarkan buku catatan dan alat tulis dari tasku. Seketika aku langsung menuliskan yang diajarkan oleh guruku. 

Namun, pikiranku tidak bisa mencerna materi yang diberikan. Tiba-tiba perutku berbunyi seakan-akan berteriak meminta makanan. Aku mencoba untuk menahan rasa laparnya. Tetapi rasa laparku tidak bisa ditahan dan berbunyi terus menerus. Aku mencoba meminta izin kepada guruku. Awalnya beliau ragu untuk mengizinkannya, namun akhirnya memperbolehkanku untuk membeli makanan di luar. Aku merasa reaksi guruku agak aneh, namun karena terlalu lapar akhirnya aku tidak mempedulikannya.

Dengan langkah yang ringan, aku pun berjalan ke arah gerobak lekker yang mencuri perhatianku. Gerobak tersebut berwarna emas dan terlihat kuno. Penjualnya terlihat kuno seperti gerobak emasnya. Mang, beli lekker coklat keju dan stroberi masing-masing satu ya! ucapku sambil melihat menu yang tercantum dalam gerobak. Penjual tersebut dingin dan diam saja, tidak menanggapi apa yang aku ucapkan. Penjual lekker tersebut hanya langsung membuatkannya tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Tiba-tiba penjual lekker tersebut menyanyikan lagu dalam bahasa inggris. Tentu saja aku menganggapnya lucu dan menahan ketawa. Karena yang sebelumnya tidak menanggapiku, tiba-tiba saja bernyanyi. Meskipun aku merasa lucu, tetapi nyanyian tersebut terasa aneh dan membuat pikiranku kacau seperti terhipnotis.

Tanpa sadar, lekkernya pun telah siap dinikmati hanya dalam selang beberapa detik. Aku pun merasa aneh, namun karena perutku seperti mati kelaparan, akhirnya aku hanya membayarnya dan langsung mengambilnya. Harum dari adonan dan mentega, membuatku langsung memakannya. Kress! suara dari lekker yang renyah dan manis membuatku menetap dahulu di gerobak kuno tersebut. Angin sepoi-sepoi dan pohon membuatku semakin menikmatinya. Hanya dalam selang beberapa menit, lekker yang telah kubeli telah habis. Aku sangat senang dan menikmatinya.

Setelah menikmati lekker dari gerobak kuno emas tersebut, aku merasa pusing. Rasa pusing tersebut mendominasi kepala. Brak! Tiba-tiba tubuhku telah ditimpa oleh kayu besar yang jatuh dari atas atap. Sebelum melangkahkan kakiku ke gerbang depan, tubunku sudah tergeletak di dasar tanah. Kedua indra penglihatku terasa kunang-kunang. Sebelum aku tidak sadarkan diri, tempat bimbel tersebut seketika hancur lebur. Terlihat banyak jagoan merah yang tersebar di tempat tersebut. Akhirnya pandanganku gelap seperti dunia alam bawah seakan-akan telah menarikku.

Sebelum sadar, aku dibawa ke alam mimpi sejenak. Dalam mimpi tersebut, aku berada di ruang bawah tanah. Ruang tersebut diceritakan lembap dan berbau busuk. Banyak tengkorak dan mayat yang tergeletak di lantai. Namun mimpi tersebut berakhir, lalu gelap begitu saja. Akhirnya aku pun terbangun dari mimpi tersebut dan membuka mataku perlahan. Aduh... kepalaku sangat sakit, apa maksud dan mimpi tadi? gumamku sambil memegang kepala dan menahan rasa sakitnya. Namun hanya dalam selang beberapa detik, aku merasa tidak kuat menahan rasa sakit dan pandanganku seketika gelap.

Aku terbangun di rumah sakit. Banyak luka dan perban yang telah dipakainan di tubuhku "Akhirnya kamu telah sadar! Untunglah kamu melewati masa kritis," Ucap ibu sambil memegang tanganku. "Apa yang telah terjadi bu? Bukankah aku berada di tempat bimbel?" ucap aku dengan kebingungan. Ibuku menceritakan semuanya setelah kejadian tersebut dan menunjukkan foto lokasi insiden dimana aku tergeletak. Ternyata salah satu saksi melihat kejadian tersebut. Aku pun kebingungan. Anehnya di TKP telah terbakar habis total.

Setelah menanyakan tempat kejadian, aku pun menanyakan keberadaan teman temanku disana. Ibuku mengatakan bahwa teman-temanku telah dinyatakan tidak selamat. Rasa bersalah dan duka seketika menyelemutiku. Saat menjelang sore, tiba-tiba notifikasi muncul dari handphone milikku. Jangan lupakan lekker tersebut dan selidikilah, tertulis di notifikasi tersebut dan penulisnya anonim. Seketika sekujur tubuhku merinding dan takut. Kata-kata tersebut misterius namun membuatku penasaran. Apa maksud dari notifikasi tersebut? gumamku sambil berbisik. Rasa penasaranku semakin meningkat dan memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Beberapa jam kemudian, kondisi tubuhku sedikit membaik dari sebelumnya. Luka-luka yang telah diperbani masih basah dan perih. Tanpa berlama-lama, aku pun memutuskan untuk mengunjungi TKP secara diam-diam tanpa ibuku dan petugas di rumah sakit mengetahuinya. Aku meminta Giselle untuk menemaniku menuju tempat TKP. Dengan menggunakan masker dan topi hitam, aku menemui giselle secara diam diam. "Sel!" teriakku dari gerbang keluar rumah sakit. "Eh kamu masih parah gini loh... ya sudahlah, ayo kita pergi!" ucap Giselle dari jendela mobilnya. Dengan lambat, Giselle mencoba menyetir agar aku merasa tidak kesakitan dan menikmati perjalanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun