Mohon tunggu...
abidlahsalfada
abidlahsalfada Mohon Tunggu... Penulis

Pelayan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Kebebasan dalam Islam: Analisis Hadis dalam Perspektif Eksistensialisme Jean Paul Sartre

24 Februari 2025   11:28 Diperbarui: 24 Februari 2025   11:28 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebebasan dan Kompas Moral

Dalam Islam, kebebasan tidak hanya dilihat sebagai hak tetapi juga amanah yang akan dipertanggungjawabkan. Hadis Nabi yang menyatakan bahwa setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya menegaskan bahwa kebebasan bukanlah sesuatu yang dapat digunakan secara sewenang-wenang. Sebaliknya, kebebasan harus digunakan dengan penuh kesadaran akan akibatnya. Prinsip ini berkesesuaian dengan pemikiran Sartre bahwa manusia harus hidup secara autentik, yaitu dengan menerima penuh konsekuensi dari kebebasannya sendiri.

Namun, perbedaan utama antara kebebasan dalam Islam dan kebebasan dalam eksistensialisme Sartre terletak pada orientasi moralnya. Dalam eksistensialisme Sartrean, kebebasan manusia tidak memiliki nilai moral inheren (manusia sendiri yang harus menciptakan makna bagi hidupnya). Dalam Islam, kebebasan sudah memiliki arah yang jelas, yaitu menuju keimanan dan ketundukan kepada Tuhan. Artinya, sementara Sartre melihat kebebasan sebagai beban yang harus ditanggung individu tanpa panduan moral dari luar, Islam melihat kebebasan sebagai instrumen untuk mencapai kesempurnaan moral dan spiritual.

Jadi apa?

Hadis tentang kepemimpinan dalam Islam dapat dipahami dalam konteks kebebasan dan tanggung jawab individu. Islam menegaskan bahwa manusia diberikan kebebasan, tetapi setiap tindakan memiliki konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan. Pemikiran ini memiliki kesamaan dengan konsep kebebasan Sartrean, di mana manusia harus menerima tanggung jawab atas semua pilihannya. Namun, perbedaan utama antara keduanya terletak pada orientasi kebebasan tersebut: dalam eksistensialisme Sartre, kebebasan adalah beban yang harus dipikul individu tanpa adanya makna eksternal, sedangkan dalam Islam, kebebasan diarahkan untuk mencapai tanggung jawab moral dan spiritual. Dengan demikian, hadis ini tidak hanya relevan dalam konteks keislaman tetapi juga memiliki resonansi dalam filsafat eksistensialisme, yang menekankan bahwa kebebasan manusia selalu diiringi dengan konsekuensi moral dan eksistensial.

Sumber:

Jean-Paul Sartre. Being and Nothingness. Routledge, 2003.

Jean-Paul Sartre. Existentialism Is a Humanism. Yale University Press, 2007.

Thomas R. Flynn. Sartre and Marxist Existentialism: The Test Case of Collective Responsibility. University of Chicago Press, 1984.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun