Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyelami Kekecewaan Anak Tahun 2021 Tinjauan Ilmu Sosiologi

26 Januari 2021   08:14 Diperbarui: 26 Januari 2021   08:32 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menyelami Kekecewaan Anak Tahun 2021.Sumber gambar: wdrfree/yupiramos

Saya mengajak pembaca untuk berpikir dan bertindak untuk memaafkan masa lalu yang mengecewakan terutama krisis ekonomi 1998 hingga inflasi pada saat itu mencapai 600% sehingga pada tanggal 13 Desember 1965. 

Pada era reformasi semua memiliki masa lalu kelam akan terulang. Apakah kita akan melakukan kekerasan seperti orangtua dahulu atau kita menyetop warisan kekerasan selama krisis.

Keberatan lain yang terkenal sekarang ini pada tahun 2021 dalam analis riset pasar dan konsultan kebijakan publik Abdurrofi Abdullah Azzam mengajak para anak yang membaca tulisan ini.

Sebuah konsekuensi dari pekerja, pegawai, buruh dan proletar lainnya sebagai antisipasi badai resesi yang sedang melanda berpotensi depresi ekonomi.

Pemikiran inilah yang kemudian dijadikan dasar penalaran usaha mikro kecil menengah (UMKM). Pemikiran ini mentransformasikan fenomena sosial berorientasi menjadi buruh (proletar) dibahas dalam UU tersebut.

Untuk memastikan segala regulasi yang menghambat ditiadakan masyarakat menjadi kaum borjuis. Saya menyatakan ingin agar kedua entitas tersebut mendapatkan keadilan dan perlindungan kemudahan berusaha.

Menyelami fenomena kekecewaan anak tahun 2021 terjadi pada masyarakat kota yang tergantung pada industri. Coba pembaca bayangkan bila Industri tutup karena lockdown total. 

Orangtua mengalami pemutusan hubungan kerja anak-anak menjadi korban kekerasan rumah tangga hingga mereka kecewa tidak mendapatkan masa anak-anak yang ideal.

Fenomena sosial ini tidak terjadi di desa-desa karena mereka tidak bergantung pada industri. Mereka bergantung pada pertanian, peternakan, dan perkebunan. Masyarakat desa tetap bahagia karena mereka bisa bekerja mengelola kebutuhan desa.

Hasil kajian sosiologi ini menandakan bahwa sektor pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan merupakan sektor yang tangguh selama krisis. Apalagi saat ini bisa dikombinasikan dengan sistem digital dan UMKM. 

Kita akan balik haluan dari pembangunan fokus ke kota kembali lagi ke desa digital dengan zaman society 5.0. Ini masa depan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun