Mohon tunggu...
Abdurrofi Abdullah Azzam
Abdurrofi Abdullah Azzam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia menjadi negara adidaya di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pulau Jawa Siaga Banjir dan Kenali 5 Faktor Penyebab Umum Terjadi Banjir

7 Februari 2021   03:51 Diperbarui: 7 Februari 2021   22:42 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan lebat disertai angin kencang akibat cuaca ekstrem.(SHUTTERSTOCK/CHOKCHAI POOMICHAIYA)

Pekan Pertama Februari, Kita tidak mengerti mengapa pulau Jawa siaga banjir mulai dari DKI Jakarta hingga Jawa Timur. Namun jelas ada faktor  penyebabnya paling umum di pulau jawa berdasarkan kajian Abdurrofi A. Azzam. Abdurrofi membagi penyebab banjir menjadi 5 faktor di pulau jawa berdasarkan penelitian lapangan dan studi pustaka.

Hampir seluruh pulau jawa berstatus siaga banji. Begitulah data dari BMKG mencatat 5 provinsi utama yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan data dari BMKG, Sabtu (6/2/2021), lima provinsi yang berstatus siaga banjir ialah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Prakiraan cuaca soal potensi hujan lebat pada hari minggu 7 Februari 2021. (dok BMKG)
Prakiraan cuaca soal potensi hujan lebat pada hari minggu 7 Februari 2021. (dok BMKG)

Hujan sedang mengguyur  wilayah Pulau Jawa dan sekitarnya baik pulau Bali, Sumatra dan sekitarnya terlihat dari data BMKG membuktikan wilayah yang berpotensi terdampak hujan lebat hingga berpotensi banjir.

Abdurrofi Abdullah Azzam (2021) berpendapat faktor penyebab umum terjadi banjir di pulau Jawa sebagai berikut:

1. Azab Allah


Ilustrasi Banjir Kaum Nabi Nuh dan Saba. Sumber Gambar :indonesiainside.id/Ahmad
Ilustrasi Banjir Kaum Nabi Nuh dan Saba. Sumber Gambar :indonesiainside.id/Ahmad

Penyebab banjir biasa terjadi karena dosa beragam sesuai dengan kondisi wilayah. Hal ini dapat terjadi karena Allah memberikan Azab kepada orang-orang di pulau dengan air turun dari langit dengan sangat deras serta keluar dari bumi dengan sangat kencang.

Masyarakat pulau jawa sadar terus berbuat dosa dalam sunyi, siang-malam, sembunyi-sembunyi, dan terang-terangan seakan-akan bumi dan alam semesta juga mulai marah akan muntah dan menunggu perintah Allah kapan waktunya azab turun di pulau Jawa.

Dosa paling tidak disangka-sangka ialah bantuan sosial untuk masyarakat miskin namun dikorupsi. Abdurrofi A. Azzam sedih dan tidak percaya ada pejabat yang tega ambil hak fakir, miskin, dan anak yatim. 

Tega bangetlah, ini menciderai nurani dan membangkitkan murka Tuhan karena mereka yang miskin tak berdaya dan tak mampu melakukan perlawanan. Abdurrofi sering kasih ke orang pulau jawa yang belum dapat bantuan sosial dari dana pribadi.

Abdurrofi menerima keluhan masyarakat secara tidak langsung mengenai masyarakat di PHK sampai kesulitan bertahan hidup. Abdurrofi menangis melihat kondisi sosial pulau jawa penuh dengan ketidakadilan dan kezaliman sehingga mereka terpaksa nekat berbuat kriminal dan kejahatan untuk menyambung hidup.

Dengan melakukan refleksi dan introspeksi pada akhirnya, refleksi diri dan introspeksi akan melahirkan pribadi yang lebih baik dan terhindra dari azab Allah sebagai Tuhan Mang Maha Pengampun.

2. Perubahan Iklim

Perubahan Cuaca karena perubahan iklim. Sumber Gambar : NASA/ Mark Twain
Perubahan Cuaca karena perubahan iklim. Sumber Gambar : NASA/ Mark Twain

Hujan seharusnya terdistribusi sejak bulan November, Oktober, dan Desember namun terkonsentrasi ke pada awal tahun 2021 dan awal pekan februari.

Penyebab kedua banjir di pulau jawa menurut Abdurrofi A. Azzam (2021) adala perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang atau disebut perubahan iklim.

Lalu apa perbedaan cuaca dan iklim?

Berdasarkan penjelasan NASA, Cuaca mengacu pada kondisi atmosfer yang terjadi secara lokal dalam periode waktu yang singkat --- dari menit ke jam atau hari. Contoh yang sudah dikenal termasuk hujan, salju, awan, angin, banjir, atau badai petir.

Iklim, di sisi lain, mengacu pada rata-rata suhu, kelembaban dan pola curah hujan regional atau bahkan global jangka panjang selama musim, tahun atau dekade.

Perubahan yang diamati Abdurrofi A. Azzam pada iklim bumi sejak akhir abad ke-20  terutama didorong oleh aktivitas manusia, terutama pembakaran hutan, pembakaran fosil dalam bentuk kendaraan dan industri yang meningkatkan tingkat gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer.

NASA suhu permukaan global. Kredit: NASA / JPL-Caltech
NASA suhu permukaan global. Kredit: NASA / JPL-Caltech

Data menarik dari NASA bahwa penelitian mereka sejak awal abad 20 sampai pertengahan abad 21 terutama tahun 2020 sangat mengejutkan di dunia. Selain itu didukung oleh bukti pulau jawa berupa peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer.

Dari data NASA infografiknya menggambarkan perubahan suhu permukaan global relatif meningkat terhadap suhu relatif tinggi dari tahun ke tahun terdapat pemanasan bumi akibat pembakaran karbon dioksida terus menerus sebagai dosa manusia.

3. Drainase Perkotaan Tidak Berwawasan Lingkungan

Ilustrasi Drainas Berwawasan Lingkungan. Sumber Gambar : maria.co.id/supli
Ilustrasi Drainas Berwawasan Lingkungan. Sumber Gambar : maria.co.id/supli

Perkotaan di pulau jawa tidak sedikit yang menggunakan drainase berwawasan lingkungan mulai dari resapan air, tampungan air dan alirkan air secara bertahap dan sistematis di tiap-tiap perumahan dan industri sehingga kita sendiri yang rugi.

Konsep drainase perkotaan berwawasan lingkungan tidak diterap di pulau jawa secara komprehensif menimbulkan banjir rutin yang dapat tak dapat kita hindarkan.

Menariknya pola menampung air sementara atau pola detensi mampu menampung dan menahan air limpasan permukaan sementara untuk kemudian mengalirkannya ke badan air untuk menjaga keseimbangan tata air.

Sedangkan pola resapan atau pola retensi menampung dan menahan air limpasan dari penampungan sembari memberikan kesempatan air tersebut untuk dapat meresap ke dalam tanah secara alami antara lain dengan membuat bidang resapan.

Terakhir pola alirkan air dengan naturalisasi dari proyek penanganan dan pelebaran sungai secara berkelak-kelok untuk menunjang kegiatan memperlambat kegiatan debit air dari hulu ke hilir.

Buruknya tata ruang kota yang mencakup segala aspek drainase perkotaan tidak berwawasan lingkungan menjadi penyebab banjir di pulau jawa.  Hal itu terjadi karena permasalahan infrastruktur tersebut tidak memikirkan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air berwawasan lingkungan.

4. Kekurangan Vegetasi

Ilustrasi kurang vegetasi. Sumber gambar : kompas.com/Roderick
Ilustrasi kurang vegetasi. Sumber gambar : kompas.com/Roderick

Perkotaan di pulau jawa tidak sedikit flora dan fauna hampir punah dan seluruh orang Indonesia terkonsentrasi di pulau jawa. Hasil data BPS 2021 juga berdasarkan sebaran penduduk, yakni Pulau Jawa menduduki posisi teratas dengan jumlah penduduk yang paling banyak yakni 60 persen sehingga kekurangan vegetasi.

Vegetasi menurut Abdurrofi A. Azzam (2021) berarti keseluruhan kehidupan tetumbuhan di suatu pualau tertentu menutupi daratan mulai dari tundra, taiga, hutan daun lebar dan hutan campuran iklim sedang, stepa iklim sedang, hutan lembab ugahari, vegetasi mediterania, hutan musim gurun, gurun bersemak,  stepa kering, semi-gurun,  sabana rumput, sabana pohon, hutan beriklim kering, hutan hujan tropika, tundra alpina, hutan pegunungan.

Banyaknya penduduk juga telah mentransformasi vegetasi menjadi perumahan, hal menarik wilayah perkebunan dan pesawahan dibangun proyek perumahan karena penduduk mengalami laju pertumbuhan karena urbanisasi kemudian natalitas atau kelahiran.

Untuk mengatasi permasalahan populasi dan demografi tersebut diperlukan pemerataan populasi dan perbaikan vegetasi drainase dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan populasi dan pemerataan.

Dalam kajian vegetasi ini menurut Abdurrofi A. Azzam (2021) terdapat bentuk vegetasi bisa diterapkan di pulau jawa untuk mencegah banjir. Pertama, bentuk vegetasi konsosiasi berarti komunitas tetumbuhan oleh satu jenis. Kedua, bentuk vegetasi asosiasi didominasi oleh bermacam-macam jenis.

5. Buang Sampah Sembarangan

Buang Sampah Sembarangan. Sumber Gambar :karya dody kompilasi
Buang Sampah Sembarangan. Sumber Gambar :karya dody kompilasi

Pulau jawa mencakup baik perpaduan komunal dari jenis-jenis penyusunnya dosa maupun tutupan banjir terakhir dari buang sampah sembarangan. Bila tidak mampu buang sampah pada tempatnya maka telanlah  makanan dan minuman beserta kemasannya sebelum ditelan bencana banjir di pulau jawa.

Bayangkan 60 persen dari penduduk Indonesia terdapat dipulau jawa memiliki budaya jorok buang sampah sembarangan relevan terjadinya hambatan aliran sungai dan saluran air perkotaan sehingga terjadi banjir.

Pulau jawa mencakup baik perpaduan masyarakat yang masih susah menghilangkan kebiasaan membuang sampah sembarangan, ada baiknya diproses secara hukum agar menghentikan kebudayaan buruk tersebut.

Sebab, saat ini pulau jawa terutama pemimpin daerah dengan otonomi daerah dan presiden menyeret masyarakat di pulau jawa yang kedapatan membuang sampah sembarangan.

Model ketegasan berbasis hukum belum terlihat dari pemerintah karena mereka mengedapankan edukasi mulai dari SD sampai kuliah namun tidak membuahkan hasil.

Ingat jangan tunggu terjadi bencana banjir baru sadar pentingnya ketegasan dalam mentertibkan orang-orang di pulau jawa sehingga kebijakan sia-sia antara bayar denda dan penjara dalam kondisi banjir.

Dengan demikian kita sudah mengenali 5 penyebab utama banjir di pulau Jawa. Semoga bermanfaat.

Referensi :


Elyvon Pranita. (2021). Wilayah Waspada Cuaca Ekstrem, Hujan Lebat hingga Gelombang. Dikutip 7 Februari 2021 dari kompas.com 

Jabbar Ramdhani. (2021). BMKG Keluarkan Peringatan Dini, DKI hingga Jatim Berstatus Siaga Banjir. Dikutip 7 Februari 2021 dari detiknews.com 

B-Air Quality. (2018). Whats Cause Floods? Top 8 Common Causes of Flooding. Dikutip 7 Februari 2021 dari b-air.com

Gleick, J. (2011). The information: A history, a theory, a flood.New York :Pantheon. Dikutip  7 Februari 2021 dari amazon.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun