Mohon tunggu...
Abdurrahman
Abdurrahman Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti Madya di SegiPan (Serikat Garda Intelektual Pemuda Analisis Nasionalisme)

Tertarik dengan kajian kebijakan publik dan tata pemerintahan serta suka minum kopi sambil mengamati dengan mencoba membaca yang tidak terlihat dari kejadian-kejadian politik Indonesia. Sruput... Kopi ne...!?

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konflik Berlatar Identitas dan Sektoral yang Salah adalah Kandidat serta Tim Pemenangannya?

23 Agustus 2022   18:23 Diperbarui: 23 Agustus 2022   19:22 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Ingin saya ungkap detail, tapi saya hanya ingin menyampaikan poin penting dalam suksesi politik atau kampanye pemilu, dimana selama ini hanya menggunakan pendekatan marketing. Hal itu hanya seputar sentimen pasar dan segmentasi pasar.

Ada indikator sederhana tentang suksesi kekuasaan, yakni membangun kekuatan; meredam konflik; menarik kepercayaan; selama ini yang dikerjakan calon eksekutif maupun legislatif dengan timnya hanya bagaimana mengelabui publik/pasar agar menarik kepercayaan mereka, dengan menciptakan diferensi atau pembeda bahwa dagangannya berbeda dari lainnya.

Hal ini untuk menciptakan sentimen bahwa produk (kandidatnya) terlihat unggul daripada lainnya. Sentimen diciptakan berbeda-beda atau promosi disiarkan berbeda sesuai segmentasi pasar.

Disinilah mulai polarisasi itu terjadi, ketika mempromosikan perbedaan kandidat terjebak pada regresi baik-buruk atau benar-salah. Identitas terbentuk sebab sentimen yang diciptakan kandidat dan timnya, termasuk sektoral sebab perilaku strategi marketing kandidat dan timnya pada segmentasi pasar/rakyat. Saya tidak mengatakan bahwa kandidat secara langsung atau tidak yang mempromosikan perbedaan.

Penekanan sentimen dan segmentasi hanyalah bagaimana menarik kepercayaan pasar/rakyat atau masyarakat. Hal ini sebab ketidakberdayaan kandidat dan timnya dalam membangun kekuatan pasukan dan gagasan-gagasan pembangunan untuk meredam konflik.

Hanya partai politik yang punya sumberdaya membangun kekuatan kader dari semua kalangan masyarakat untuk disiapkan menjadi kepemimpinan bangsa dan mampu meredam permasalahan dengan gagasan-gagasan pembangunan seharusnya, sayangnya tidak semua partai punya sumberdaya itu untuk membangun kepercayaan sebagai platform.

Politik identitas dan sektoral sah-sah saja selama itu berangkat dari sektoral gagasan pembangunan setiap segmentasi atau daerah yang pasti punya ciri khas sumberdaya. Baik sebenarnya identitas itu jika menunjukkan kualitas kekuatan kepemimpinan yang terbangun pada dirinya sebab usaha partai dalam mengkader atau membangun pasukan.

Menurut pengamatan saya, sumber konflik politik identitas dan sektoral sebab ada kebohongan besar atau penipuan informasi promosi kandidat yang memaksakan kepercayaan pada pasar/rakyat atau masyarakat, menutupi keburukan kekuatan kualitas kepemimpinan kandidat tersebut dan ketidakmampuan memecahkan permasalahan-permasalahan kebijakan publik, maksud dari kebohongan dan penipuan itu.

Jika boleh jujur, masyarakat harus melihat partai daripada kandidat, sebab partai yang punya sumberdaya membangun kekuatan, memecahkan permasalahan, dan menarik kepercayaan masyarakat. Tapi sering kali, tokoh independen dengan pendekatan marketing membajak sumberdaya atau resource partai itu untuk kepentingan tokoh independen itu mencalonkan dan mendapatkan kekuasaan pemerintahan.

Hal ini banyak ketika pemilu eksekutif maupun legislatif seorang tokoh independen yang mampu menyewa lembaga konsultan politik atau survei yang pendekatannya marketing pasar bukan bisnis secara umum semacam intelegensia bisnis. Jika pendekatan analisis bisnis maka kurang lebih akan sama dengan pendekatan analisis kekuatan politik.

Simpelnya, sumber permasalahan konflik berlatar politik identitas atau sektoral adalah sebab tim pemasaran barang buruk, membeli perusahaan agar seperti produk perusahaan tersebut, sehingga barang buruk itu lolos quality control dan masuk pasaran. Tim pemasaran tentunya melakukan pembohongan publik dan penipuan sertifikasi quality control dengan berbagai macam cara agar barang buruk itu laku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun