Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Arah Dunia Digital, Hak Jawab, Hak Marah, Hak Geruduk

18 Oktober 2025   04:39 Diperbarui: 18 Oktober 2025   04:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa NU mendatangi Trans7 ( foto : Tirto.id)

Marah jadi ekspresi moral baru,
meski sering tanpa arah.
Padahal, marah yang tak disertai akal justru memadamkan akal sehat.

Kemarahan digital kini menjadi industri tersendiri:
semakin tinggi tensinya, semakin tinggi engagement rate-nya.
Maka yang naik ke permukaan bukanlah hikmah,
tapi kegaduhan yang paling laku di pasar algoritma.

Hak Geruduk: Solusi Instan di Era Cepat Tersinggung

Kini lahirlah istilah baru, hak geruduk.
Begitu tersinggung oleh berita atau tayangan,
sekelompok orang datang langsung ke lokasi --- lengkap dengan kamera ponsel, spanduk, dan live streaming.

Padahal negara sudah memberi jalur hukum bernama hak jawab,
tapi publik lebih percaya pada jalur emosional bernama "aksi spontan."
Hasilnya bukan penyelesaian,
melainkan pertunjukan.
Semua pihak tampil gagah di depan kamera,
sementara esensi masalah tak pernah dibedah.

"Hak Jawab perlu logika dan waktu.
Hak Geruduk cukup dengan kemarahan yang kompak."

Ulama, Umara, dan Kita di Tengah Kekacauan Digital

Para ulama dan umara kini juga terjebak di arena yang sama.
Sekali salah kutip, salah potong video, atau salah nada,
gelombang digital bisa berubah jadi badai opini.

Ulama yang seharusnya meneduhkan, justru terseret menjelaskan diri.
Umara yang mestinya memimpin, malah sibuk membantah di media sosial.
Keduanya sama-sama takut kehilangan simpati,
sehingga lebih cepat merespons daripada menimbang.

Sementara rakyat, belajar dari itu semua,
menganggap reaksi cepat adalah bukti kebenaran,
dan diam berarti bersalah.

Kita akhirnya hidup dalam ekosistem bising
di mana semua ingin bicara, tapi tak ada yang benar-benar mendengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun