Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Keluarga, Ikhlas, Bersama, dan Tanpa Label

9 Oktober 2025   05:27 Diperbarui: 9 Oktober 2025   11:54 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi dari gurauan itu saya sadar, masyarakat kita masih sering menilai peran orang hanya dari kostum. Kalau pakai dasi, dianggap sukses. Kalau pakai sarung sambil main dengan anak, langsung dicap pengangguran atau paranormal dadakan. Padahal yang penting bukan pakaian, tapi peran yang benar-benar dijalankan untuk keluarga.

Anak-anak Adalah Titipan, Bukan Beban

Sebagai orang swasta, saya justru lebih sering di rumah. Saat anak-anak masih kecil, kami biasa tidur sekamar berempat. Rasanya rumah seperti asrama mini---ramai, berisik, tapi selalu hangat.

Tengah malam, kalau ada anak nangis, saya bangun bikin susu botol. Sambil jalan ke dapur, sering saya merasa seperti superhero. Kostumnya bukan jubah, tapi kaos oblong belel dan sandal jepit. Apakah itu mengurangi harga diri saya sebagai ayah? Tidak. Justru di situlah letak kebahagiaan.

Dan bahkan sekarang, ketika saya sedang asyik menulis refleksi tentang peran keluarga, tiba-tiba si cantik Zee merengek, minta ditemani bersiap-siap sekolah. Laptop harus ditutup, pena berhenti sejenak, karena ada "prioritas kecil" yang nilainya jauh lebih besar. Deadline tulisan bisa ditunda, tapi rengekan Zee tidak bisa ditawar.

Kadang saya berpikir, anak-anak memang punya kuasa unik. Mereka bisa lebih galak daripada bos kantor atau dosen killer. Kalau telat lima menit, bisa langsung berubah jadi tangisan level konser dangdut. Tapi justru di situlah letak makna: anak-anak bukan beban yang menghalangi produktivitas, melainkan alasan utama kenapa kita berusaha. Mereka adalah titipan Tuhan, sekaligus pengingat agar kita tidak terlalu sibuk mengejar dunia sampai lupa mendengar suara kecil yang paling kita cintai.

Agama: Ikhlas Lebih Penting dari Gengsi

Dalam Islam, suami memang berkewajiban memberi nafkah. Tapi Rasulullah SAW sering membantu pekerjaan rumah. Jadi kalau ada suami cuci piring, itu bukan tanda dunia mau kiamat. Justru itu tanda rumah tangganya sehat.

Sayangnya, stigma sosial kita masih kaku. Kalau istri kerja kantoran, langsung ada bisik-bisik: "Kasihan suaminya, nggak mampu." Kalau suami belanja di pasar, langsung dikira kena guna-guna. Padahal rumah tangga itu soal tolong-menolong, bukan soal gengsi.

Psikologi Anak: Bukan Siapa, Tapi Ada

Anak-anak tidak pernah menilai: "Ayah, kamu bapak rumah tangga atau pencari nafkah?" Mereka hanya peduli: "Ayah ada nggak waktu aku butuh?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun