Di cangkir kampung yang gagangnya sudah gumpul diganti besi ringan itu, setiap hirupan adalah seduhan galau. Pahitnya bukan sekadar kafein, tapi representasi hidup sehari-hari.
Bukan Promosi, Tapi Mendarah Daging
Pada akhirnya, ini bukan promosi. Ini bukan soal iklan atau branding. Ini soal sesuatu yang sudah mendarah daging. Bagiku, kenikmatan itu sederhana: segelas Kapal Api Semangat di pagi hari.
Satu seduhan cukup membuat kakiku ringan melangkah, tanganku menari di atas papan ketik, dan otakku berkelana mengikuti irama hati nurani ke mana tulisan harus dibawa.
Kopi ini tidak punya latte art, tidak perlu barista, dan tidak butuh gengsi caf. Tapi ia jujur, ia sederhana, dan ia meresap. Filsafat yang lahir dari cangkir kampung gagang besi ringan itu kini juga kutemukan di setiap sachet Kapal Api yang kuaduk sendiri.
Karena kopi sejati bukan soal harga, bukan soal gengsi, tapi soal rasa yang membangunkan jiwa, menenangkan galau, dan menguatkan langkah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI